Sejarah intelektual
Fokus utama sejarah intelektual adalah bagaimana lahirnya pemikiran-pemikiran manusia. Pemikiran-pemikiran yang dikaji dalam sejarah intelektual adalah pemikiran yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia, baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun ruang lingkup yang besar.
Hasil pemikiran manusia dapat berupa filsafat atau ilmu pengetahuan. Apabila filsafat yang dikaji, maka akan melahirkan sejarah filsafat, misalnya aliran-aliran filsafat yang berkembang di Yunani. Hal ini menjadi kajian sejarah yang menarik karena pemikiran filsafat Yunani memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan dunia.
Sejarah intelektual bisa dikaji dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan. Misalnya perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. Untuk melihat bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, maka harus dilacak ke belakang, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Islam. Orang- orang Barat pada masa itu banyak mempelajari pemikiran-pemikiran dari para cendikiawan muslim, seperti ilmu kedokteran dari Ibnu Sina, sehingga di Barat nama Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicena. Kajian tentang perkembangan ilmu pengetahuan di Barat dapat merupakan tema dalam sejarah intelektual.
Sejarah intelektual di Indonesia dapat kita kaji. Kita dapat mengkaji beberapa pemikiran tentang tokoh-tokoh. Bagaimana kita mengkaji pemikiran- pemikiran para tokoh pejuang Indonesia, kita dapat mulai mempelajarinya dari latar belakang pendidikannya. Kebanyakan dari tokoh-tokoh pejuang Indonesia berlatar belakang pendidikan Barat (Belanda).
Walaupun mereka belajar dari pemikiran-pemikiran Barat, tetapi dalam prakteknya para tokoh tersebut mencoba menyesuaikan dengan kondisi objektif masyarakat di Indonesia. Misalnya gagasan tentang ekonomi kerakyatan menurut Mohammad Hatta, gagasan marhaenisme menurut Soekarno, gagasan nasionalisme manurut Ki Hajar Dewantara, gagasan tentang negara menurut Mohammad Natsir, gagasan sosialisme menurut HOS Cokroaminoto.
Gagasan-gagasan dan pemikiran dari para tokoh pemimpin Indonesia ini penting untuk dipelajari, karena gagasan-gagasan mereka cukup berpengaruh dalam perubahan sosial politik di Indonesia. Marhaenisme Soekarno pada dasarnya merupakan bentuk sosialisme yang ditafsirkan dengan kondisi nyata bangsa Indonesia.
Nasionalismenya Ki Hajar Dewantara adalah nasionalisme yang berakar dari kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa. Gagasan nasionalismenya kemudian ia terapkan pada sistem persekolahan yang didirikannya, yaitu Sekolah Taman Siswa. Sekolah ini memberikan peran sejarah yang cukup penting dan sampai sekarang sekolah ini masih tetap ada.
Sosialisme Cokroaminoto merupakan bentuk reaksi terhadap komunisme yang waktu itu masuk ke dalam tubuh Syarekat Islam. Gagasan nasionalisme Cokroaminoto berakar dari nilai-nilai agama Islam. Ekonomi kerakyatan yang dimaksud oleh Mohammad Hatta dan cocok dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia adalah koperasi, karena dalam diri bangsa Indonesia terdapat nilai kekeluargaan yang merupakan ciri dari koperasi.