• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Pengertian Mitologi

Pengertian Mitologi

Apa sih yang dimaksud dengan mitologi?. Nah, terkadang muncul pertanyaan tersebut ketika seseorang mempelajari ilmu sejarah. Sebab terkadang orang hampir tidak bisa membedakan ciri dari sejarah dan mitologi sebab keduanya sama-sama membicarakan tentang masa lalu. Di dalam artikel ini akan dijelaskan tentang pengertian mitologi. 

Ciri penting dari mitologi ialah cerita prosa rakyat yang dianggap benar- benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Tokoh yang ditampilkan dalam mitologi biasanya berupa para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa yang dikisahkan dalam mitologi berupa terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya. Selain itu, mitologi juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan dewa, hubungan kekerabatan para dewa, kisah perang para dewa, dan sebagainya.
 

Cerita tentang sesuatu hal yang berbentuk mitologi pada setiap daerah terkadang ada yang sama, tetapi ada pula cerita itu yang hanya dimiliki oleh daerah tersebut. Salah satu cerita yang isinya sama, yaitu cerita tentang asal usul beras yang dikaitkan dengan cerita Dewi Sri. Hampir seluruh daerah di Indonesia, mitologi tentang beras selalu dikaitkan dengan cerita Dewi Sri. Walaupun tema ceritanya sama, yaitu Dewi Sri, tetapi setiap daerah memiliki cerita yang berbeda tentang tokoh Dewi Sri ini.

Cerita tentang Dewi Sri memiliki beberapa versi cerita yang berbeda. Menurut versi di daerah Surabaya, Dewi Sri adalah seorang putri dari Kerajaan Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, kedua anak raja itu disihir oleh ibu tiri mereka. Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang, dan Sri diubah menjadi ular sawah. Dengan demikian, Sri menjadi dewi padi dan kesuburan. 

Ada pula daerah lain yang memiliki versi yang berbeda tentang cerita Dewi Sri. Menurut ceritanya, padi berasal dari jenazah Dewi Sri, istri Dewa Wisnu. Selain padi masih ada tanaman- tanaman lainnya, yang juga berasal dari jenazah Dewi Sri. Dari tubuhnya tumbuh pohon aren, dari kepalanya tumbuh pohon kelapa, dari kedua tangannya tumbuh pohon buah-buahan, dan dari kedua kakinya tumbuh tanaman akar-akaran seperti ubi jalar dan ubi talas. Dewi Sri meninggal karena dirongrong terus-menerus oleh raksasa yang bernama Kala Gumarang. Raksasa ini wataknya sangat keras hati, sehingga setelah meninggal ia masih berkesempatan untuk menjelma menjadi rumput liar, yang selalu mengganggu tanaman padi (jelmaan Dewi Sri), yang menjadi kecintaannya itu.


Dari contoh mitologi tentang Dewi Sri tersebut, menunjukkan bagaimana masyarakat pada masa sebelum tulisan menjelaskan tentang asal usul padi sebagai suatu bentuk kejadian alam. Kita tidak bisa melacak dengan menggunakan sumber-sumber tertulis, sebab tidak ditemukan sumber-sumbernya. Yang kita temukan adalah suatu cerita rakyat tentang Dewi Sri dalam bentuk tradisi lisan. Cerita ini sudah mengalami pewarisan dari generasi ke generasi. Bahkan sampai sekarang di beberapa daerah, tokoh Dewi Sri dianggap sebagai dewi yang memberi kesuburan pada penanaman padi, sehingga kalau habis panen diadakan upacara sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Dewi Sri.

Share:

Pengertian Tentang Folklor

Pengertian Tentang Folklor


Di sini akan dijelaskan tentang apa yang dimaksud dengan folklor atau dalam kata lainnya akan dibahas pengertian tentang foklor. Berdasarkan asal katanya, folklor berasal dari dua kata yaitu folk dan lore. Kata folk dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa
 
mereka memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi. Di samping itu, yang paling penting adalah mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore diartikan sebagai tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun-temurun, baik secara lisan maupun melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Pengertian folklore secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu.


Foklor memiliki ciri-ciri, ciri-ciri folklor yaitu sebagai berikut;


1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

2. Tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).

3. Ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklore dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

4. Anonim, yaitu penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.

5. Mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat, misalnya, selalu menggunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutup yang baku, seperti “sohibul hikayat… dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut empunya cerita… demikianlah konon”.

6. Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

7. Pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklore lisan dan sebagian lisan.

8. Milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.

9. Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatan kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.

Selain memiliki ciri, folklor juga memilikifungsi. Di bawah ini adalah fungsi folklor, yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.

3. Sebagai alat pendidik anak.

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Folklor ini berkembang di Indonesia maupun di dunia sejak masa pra-aksara yang diwarisi secara turun-temurun melalui metode tradisi lisan. Ya, inilah penjelasan singkat pengertian tentang folklor.

Share:

Kegunaan Mempelajari Sejarah

Kegunaan Mempelajari Sejarah

Terkadang ada pertanyaan yang muncul ketika seseorang mempelajari sejarah. Sebenarnya, apakah kegunaan mempelajari sejarah? atau untuk apa belajar sejarah? Mempelajari sejarah tentu banyak kegunaanya. Sebab, sejarah berbicara tentang kehidupan manusia yang terjadi di masa lalu dan tentu saja sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di masa kini dan di masa mendatang. Di bawah ini akan dijelaskan tentang kegunaan mempelajari sejarah.

Sejarah memiliki kegunaan yang mana akan diuraikan sebagai berikut ini;


1. Bersifat edukatif

Edukatif berarti nilai-nilai yang mengandung unsur pendidikan. Orang sering berkata “Belajar dari sejarah”, “Belajarlah dari masa lalu”. Dalam ungkapan tersebut terkandung arti bahwa sejarah memiliki kegunaan yang dapat mendidik kita. Apa yang terjadi pada masa lalu harus menjadi pelajaran buat kita, orang sering menyatakan “ambillah hikmahnya”. Hikmah dapat diambil dari apa yang pernah terjadi dalam diri kita.


Peristiwa yang terjadi pada masa lalu memiliki nilai-nilai yang sangat berharga bagi kehidupan kita saat ini. Beberapa nilai yang bisa kita ambil dari peristiwa-peristiwa sejarah, seperti kebenaran, keadilan, kejujuran, kearifan, keberanian, rela berkorban, dan lain-lain. Jadi, sejarah banyak memberikan pengajaran moral.


Sejarah yang mengandung nilai-nilai kebenaran misalnya, dapat kita lihat dalam perjuangan para nabi. Kita sudah sering membaca dan mendengar bagaimana tantangan yang dihadapi oleh para nabi dalam melakukan misi. Misi yang diemban oleh para nabi adalah menegakkan kebenaran yang sudah ditugaskan oleh Tuhan. Kebenaran yang diperjuangkan oleh para nabi adalah mengajak manusia untuk melaksanakan ajaran Tuhan, agar hidup manusia itu menjadi selamat baik di dunia maupun di akhirat. 

Akan tetapi, perjuangan yang dilakukan oleh para nabi itu tidak sedikit yang mendapat tantangan dari para kaumnya. Para nabi tersebut dicerca, dihina, bahkan sampai akan dibunuh. Para nabi tak gentar menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Mereka bersikukuh memperjuangkan misinya. Perjuangan yang dilaksanakan oleh para nabi tersebut dalam perkembangan kemudian ada hasilnya. Misalnya agama sampai sekarang mengalami perkembangan.


Nilai kebenaran dapat pula kita lihat dalam perjuangan para pahlawan kita ketika menghadapi penjajah. Penjajahan pada dasarnya merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yaitu penjajahan biasanya melakukan tindakan menindas kepada bangsa lain oleh bangsa yang menjajah. Tindakan penindasan itu, akan menimbulkan reaksi dalam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat yang terjajah.
 
Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda di Indonesia menimbulkan perlawanan dari bangsa Indonesia, baik perlawanan dalam bentuk fisik maupun nonfisik. Dalam bentuk fisik dapat berupa peperangan, seperti Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Aceh, dan lain-lain. Perlawanan dalam bentuk non-fisik, misalnya perjuangan yang dilakukan oleh para pemimpin pergerakan kebangsaan. 

Perlawanan yang dilakukan oleh para pejuang tersebut, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik pada dasarnya adalah perjuangan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran, yaitu kemerdekaan. Kemerdekaan merupakan hak asasi setiap individu yang harus diperjuangkan. Tindakan- tindakan yang dilakukan oleh para pejuang tersebut ternyata memberikan hasil yang dapat kita rasakan sampai sekarang, yaitu kemerdekaan.


Aspek nilai yang bisa kita tarik dari perjuangan para pejuang tersebut adalah apabila kita memiliki sesuatu cita-cita yang mengandung nilai-nilai kebenaran maka haruslah kita perjuangkan. Risiko dan tantangan apa pun harus kita hadapi dalam memperjuangkan sebuah kebenaran. Apabila kita sungguh-sungguh dan serius dalam memperjuangkan sebuah kebenaran, maka pada suatu saat perjuangan kita akan ada hasilnya.

Nilai-nilai keadilan terdapat pula dalam suatu peristiwa sejarah. Dalam bertindak, kita harus bersikap adil terutama ketika kita menjadi pemimpin. Jatuh bangunnya sebuah kerajaan atau kekuasaan dalam sejarah, dapat dilihat dari bagaimana kebijakan para raja atau penguasa dalam melakukan kebijakan yang memberikan keadilan bagi rakyatnya. Kita dapat membaca dalam sejarah, terdapat raja-raja yang bersifat otoriter dan menindas rakyat. 

Kebijakan-kebijakan yang diambilnya lebih banyak menguntungkan raja dan keluarganya. Raja dan keluarganya hidup bermewahan, sedangkan rakyatnya hidup sengsara. Tindakan penguasa tersebut menimbulkan reaksi dari rakyat. Reaksi yang timbul, misalnya pemberontakan. Akibat pemberontakan tersebut, kekuasaan raja berakhir, diganti oleh sebuah dinasti baru. Bahkan yang paling mengerikan ada raja yang diganti tersebut dihukum oleh rakyatnya dengan hukuman yang mengerikan. Nilai yang bisa kita ambil dari peristiwa ini adalah bahwa kita harus berbuat adil. Apabila kita tidak berbuat adil, akan menimbulkan balasan kelak yang dapat menyengsarakan kita.


Kebijakan raja atau penguasa sebagaimana telah dicontohkan di atas, dapat pula mengandung nilai-nilai kejujuran. Pada umumnya penguasa yang menindas merupakan cerminan dari seorang penguasa yang tidak jujur. Dia menunjukkan berbagai kebohongan, mengeluarkan pernyataan-pernyataan kepada rakyat seolah-olah tindakannya benar. Padahal dibalik pernyataannya tersebut banyak mengandung ketidakjujuran. Rakyat dibohongi oleh berbagai pernyataannya. Bahkan kebohongan bisa semakin meluas, tidak hanya dilakukan oleh raja, tetapi dilakukan pula oleh aparat kerajaan dan keluarganya. Mereka memberikan kesan bahwa kerajaannya merupakan kerajaan yang mementingkan dan memperhatikan rakyatnya. Padahal kenyataannya tidak, yang terjadi sebaliknya. Raja, pejabat kerajaan, dan keluarganya lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan rakyatnya. Fenomena sejarah kerajaan seperti ini, biasanya kerajaan itu berakhir dengan keadaan yang tragis. Sebagai akibat munculnya pemberontakan rakyat. Hal ini, bagi kita harus menjadi pelajaran. Apabila kita tidak berbuat jujur maka akan mencelakakan kita sendiri kelak.


Keberanian merupakan suatu modal untuk mencapai kemajuan. Dalam sejarah, kita banyak belajar bagaimana bangsa yang memiliki keberanian dapat menjadi bangsa yang maju. Keberanian yang dimaksud di sini adalah keberanian dalam memperjuangkan cita-cita yang positif. Misalnya, sejarah bangsa Jepang memberikan suatu nilai bagaimana bangsa Jepang dapat menjadi maju seperti saat ini disebabkan oleh nilai-nilai keberanian. Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang memiliki nilai atau etos kerja yang tinggi. Nilai- nilai tersebut terbentuk melalui proses perjalanan sejarah yang cukup panjang. Nilai-nilai keberanian yang tercermin dalam kelompok Samurai Jepang, kemudian diimplementasikan dalam industrialisasi sehingga tercapai sebuah modernisasi. Modernisasi yang dicapai oleh Jepang berakar dari tradisi Jepang.


Perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan, banyak mengandung nilai rela berkorban. Mereka berjuang melawan penjajah bukan untuk kepentingannya sendiri, tetapi untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas. Banyak pengorbanan yang dilakukan oleh para pejuang dalam melawan penjajah, misalnya mereka dipenjara, dibuang ke daerah lain, diasingkan dari pergaulan masyarakatnya. Sebagai contoh, Pangeran Diponegoro pernah dibuang ke
 
Manado dan Makasar. Para tokoh pergerakan banyak yang dibuang ke Boven Digul (daerah Papua sekarang). Boven Digul adalah suatu tempat yang terletak di pedalaman Papua (dulu Irian Jaya). Untuk sampai ke daerah ini, harus melalui jalan air yaitu menggunakan kapal. Daerah Boven Digul merupakan daerah rawan penyakit malaria. Banyak para pejuang yang terkena penyakit malaria.Walaupun para pejuang tersebut diperlakukan oleh penjajah dengan perlakukan yang buruk, tidak membuat sikap mereka berubah terhadap penjajah. Sikap rela berkorban yang ditunjukkan oleh para pejuang tersebut patut kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.


Nilai-nilai edukatif yang kita pegang dari nilai-nilai sejarah, tidaklah berarti kita harus mengkultuskan masa lalu. Kita tetap saja harus bersikap kritis terhadap peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Sikap kekritisan itulah justru yang dapat mendorong kita untuk mengambil nilai-nilai apa yang dapat kita kembangkan dalam konteks kehidupan saat ini. Janganlah sampai kita melupakan sejarah. Bung Karno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya. Masa lalu harus menjadi pelajaran dalam menatap hari esok yang lebih baik. Sejarah adalah guru kehidupan, sebagaimana pepatah yang menyatakan “Historia magistra vitae”.

2.    Bersifat Inspiratif


Sejarah banyak menghasilkan berbagai karya, baik karya seni maupun karya sastra. Karya-karya tersebut banyak memberikan inspirasi bagi seniman untuk berkreasi dalam menciptakan karya-karyanya. Bahkan karya-karya seni pada masa lalu tidak sedikit yang memiliki nilai seni yang sangat tinggi, sulit untuk dicapainya pada zaman sekarang. Karya seni tersebut dapat menjadi suatu peradaban. Di Indonesia banyak sekali peninggalan-peninggalan yang memiliki karya seni yang bernilai tinggi. Misalnya candi-candi yang dibangun oleh para raja.


Karya seni pada masa lalu di samping memiliki nilai seni yang tinggi juga menunjukkan kemampuan teknologi yang sudah maju pada zamannya. Misalnya, Candi Borobudur merupakan sebuah bangunan monumental yang memiliki nilai seni sangat tinggi. Kitak dapat membayangkan bagaimana masyarakat saat itu menumpukkan batu-batu dengan tidak dilem (pakai semen) seperti sekarang ini dapat berdiri dengan megah hingga ratusan tahun. 

Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi pembangunan mereka saat itu begitu tinggi. Relief-relief yang diukir begitu rapinya pada tumpukan batu-batu. Kemampuan teknologi bangunan dalam Candi Borobudur dapat memberikan inspirasi bagi para ahli bangunan bagaimana membuat bangunan yang lebih kokoh. Bahkan relief-relief yang ada di Candi Borobudur pun dapat memberikan inspirasi bagi pengembangan seni rupa.
 
Kreasi seni masa lalu tidak identik dengan ketinggalan zaman. Karya seni masa lalu banyak memberikan kreasi bagi para ahli seni saat ini dalam mengembangkan karyanya. Perkembangan seni mode saat ini misalnya, banyak diwarnai oleh inspirasi karya seni masa lalu. Para kreator seni memadukan model masa lalu dengan masa sekarang. Misalnya dalam seni mode berpakaian atau busana. Busana-busana yang dikreasi saat ini banyak mendapatkan inspirasi dari karya masa lalu. Sehingga ketika busana itu ditampilkan menjadi lebih menarik.


Bagitu pula halnya dalam seni bangunan. Para kreator seni bangunan banyak mengkreasi model-model seni bangunan masa lalu dengan masa sekarang. Kita sering melihat adanya restoran-restoran, hotel-hotel, dan tempat-tempat hiburan menyajikan bentuk bangunan fisik yang menampilkan keindahan model masa lalu. Bahkan bukan hanya bangunannya saja yang dikreasi, termasuk juga alat-alat yang digunakan. Misalnya kursi, meja, alat makanan, dinding, dan lain-lain. Kreasi masa lalu yang ditampilkan dengan konteks masa kini membuat bangunan itu menjadi indah.


Dalam konteks berbangsa, kebesaran masa lalu bukan untuk dikultuskan, tetapi harus memberikan inspirasi semangat masa kini bagaimana kita harus menjadi bangsa yang besar. Kebesaran bangsa Indonesia bukan hanya besar dalam jumlah penduduknya, tetapi kebesaran yang ditandai sebagai bangsa yang diperhitungkan dan dihormati oleh bangsa lain. Sejarah mencatat di Indonesia pernah lahir kerajaan-kerajaan besar yang menjadi ciri kejayaan masa lalu bangsa Indonesia. Sebagai contoh, Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan dua kerajaan yang diperhitungkan ketika berinteraksi dengan bangsa lain seperti bangsa India dan Cina, dua bangsa yang pada masa itu dianggap memiliki peradaban yang sudah maju.
 
Kebesaran masa lalu bangsa Indonesia harus memberikan inspirasi bagaimana kita dapat menjadi bangsa yang maju dan bangsa yang disegani oleh bangsa lain. Untuk menjadi bangsa yang maju, sudah barang tentu harus memiliki nilai-nilai yang mendukung terhadap terbentuknya bangsa yang maju. Nilai- nilai tersebut misalnya nasionalisme, etos kerja yang tinggi, penegak hukum yang konsisten, inovatif, kreatif, dan lain-lain. Apa yang dilakukan oleh kerajaan- kerajaan besar pada masa lalu harus dilihat nilai-nilai positif dari mereka. Kemajuan hanya dapat dicapai dengan kerja keras sendiri, bukan ditentukan oleh bangsa lain.

3. Bersifat Instruktif


Instruktif secara harfiah dapat diartikan pengajaran. Pengajaran dalam konteks di sini memberikan arti keterampilan yang diperoleh dari pengajaran sejarah. Keterampilan tersebut, baik berupa keterampilan berpikir maupun keterampilan yang bersifat fisik. Keterampilan berpikir adalah keterampilan yang bersifat kognitif. Hal ini dapat diperoleh melalui pengkajian terhadap materi sejarah. Adapun keterampilan yang bersifat fisik lebih banyak diperlihatkan dalam bentuk unjuk kerja.


Sejarah sebagai ilmu pada dasarnya memberikan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat teoretis. Sifat teoretis dapat berupa pemahaman terhadap konsep- konsep atau generalisasi-genaralisasi yang dikaji dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep-konsep yang ada dalam ilmu sejarah misalnya, berpikir sebab akibat atau kausalitas, kronologis, perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan. Dalam melihat atau mengamati kehidupan sehari-hari, dapat menggunakan konsep-konsep tersebut.


Dua hal yang memiliki hubungan dapat menjadi pengembangan berpikir kausalitas. Misalnya, mengapa di daerah tersebut banyak terjadi konflik? Berbagai analisis dapat dikembangkan dalam melihat penyebab konflik. Sebab- sebab konflik dapat dihubungkan dengan kebijakan pemerintahan setempat, kondisi perekonomian masyarakat, hubungan antarkelompok masyarakat, letak geografis tempat konflik, dan lain-lain. Dengan ditemukannya sebab akibat dari konflik tersebut, diharapkan kemampuan berpikir kausalitas ini dapat memberikan tuntunan dalam memecahkan masalah agar konflik tidak terjadi lagi.
Berpikir kronologis dapat diartikan berpikir yang bersifat runut atau tersusun berdasarkan urutan waktu. 

Hal ini dapat dilakukan dalam mengungkap suatu kejadian, misalnya kecelakaan. Untuk mengungkap mengapa terjadi kecelakaan, biasanya polisi mencari bukti-bukti yang menjadi penyebab kecelakaaan. Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, maka kronologi kejadian kecelakaan tersebut dapat diceritakan atau diungkap. Kronologi kecelakaan tersebut, misalnya dapat diceritakan, yaitu diawali dengan seorang pemuda yang mengendarai sepeda motor sambil membawa minuman keras. Pemuda tersebut mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi. Ketika sepeda motor yang dikendarainya itu tiba-tiba bannya pecah, sehingga ia tidak mampu mengendalikan sepeda motornya yang oleng. Akibatnya, terjadilah kecelakaan itu.


Sejarah mengajarkan cara berpikir perubahan. Perubahan itu dapat berupa perkembangan dan pertumbuhan. Cara berpikir seperti ini dapat diterapkan dalam melihat diri sendiri. Kita tumbuh berubah sejak kecil, mulai dari masa anak-anak hingga dewasa sekarang ini. 

Bagaimana pertumbuhan yang terjadi pada diri kita, apakah mengarah kepada perubahan yang bersifat positif atau negatif. Pemahaman terhadap perubahan yang terjadi pada diri kita sendiri dapat memberikan pengajaran bagi kita, apakah kita sudah menjadi orang yang baik atau sebaliknya, apakah kita sudah menjadi orang yang berguna atau sebaliknya. Introspeksi diri dapat kita lakukan dalam melihat perubahan yang terjadi pada diri kita.


Sebagaimana telah dicontohkan di atas, sejarah banyak meninggalkan berbagai peninggalan yang sangat penting. Peninggalan tersebut pada dasarnya merupakan hasil dari keterampilan manusia pada masa itu. Keterampilan- keterampilan yang ditunjukkan oleh masyarakat pada masa lalu pada dasarnya dapat menjadi pengajaran bagi manusia sekarang dalam mengembangkan keterampilan, misalnya keterampilan dalam seni. Berbagai karya dapat memberikan pengembangan keterampilan misalnya seni bangunan, seni lukis, seni rupa, seni ukir, pelayaran, bertani, berkebun, dan berbagai keterampilan teknis lainnya. 

Peninggalan bangunan masa lalu, sebagaimana telah dicontohkan dengan candi yang memiliki nilai seni sangat tinggi. Selain teknik cara membangun yang sudah maju, dalam candi itu terdapat ukiran-ukiran yang sangat indah. Keterampilan-keterampilan yang ada pada contoh bangunan candi dapat kita pelajari. Kita bisa belajar bagaimana cara membangun suatu bangunan yang indah dan kokoh, bagaimana mengukir batu dengan ukiran yang sangat indah.


Sejak masa lampau bangsa Indonesia sudah mengenal teknik pelayaran. Pelajaran cara berlayar sudah dipelajari oleh bangsa Indonesia karena kondisi geografis wilayah Indonesia yang sebagian besar atau dua pertiganya terdiri atas lautan. Relief yang ada dalam Candi Borobudur menunjukkan realitas kehidupan masyarakat pada saat itu. Realitas tersebut misalnya keterampilan berlayar yang diiringi dengan keterampilan membuat perahu. Keterampilan ini sudah sejak lama dimiliki oleh bangsa Indonesia. 

Dari satu keterampilan dapat dikembangkan pada keterampilan-keterampilan lainnya, misalnya keterampilan pelayaran dapat meliputi keterampilan-keterampilan mengetahui arah mata angin, memperkirakan cuaca, memperkirakan tempat berkumpulnya ikan, dan keterampilan-keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan yang positif tersebut dapat diwariskan kepada generasi sekarang. Kita dikenal sebagai bangsa pelaut akan tetapi keterampilan kita dalam teknologi keluatan saat ini sangat tertinggal dari bangsa lain. Akibatnya, laut yang kita miliki belum diolah secara optimal hingga saat ini.

4. Bersifat Rekreatif


Saat ini kita sering mendengar wisata yang bernuansa spiritual. Wisata seperti ini memiliki nilai sejarah. Sejarah dapat memiliki nilai-nilai penting dalam pengembangan kepariwisataan. Fungsi rekreatif sejarah dapat mengandung arti wisata yang mengikuti lorong waktu masa lalu.


Karya-karya sejarah yang berupa peninggalan fisik banyak memberikan kesan kepada masyarakat saat ini. Kesan tersebut baik bersifat fisik maupun non fisik. Kesan secara fisik misalnya orang sangat kagum melihat nilai seni dari peninggalan tersebut. Akibatnya, orang tersebut tertarik untuk melakukan wisata ke tempat peninggalan sejarah. Adapun kesan nonfisik bisa dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam bangunan fisik tersebut, misalnya masjid kuno. 

Banyak orang yang melakukan wisata dengan mengunjungi masjid- masjid kuno dengan tujuan ingin meningkatkan penghayatan spiritual dia terhadap nilai-nilai keagamaan. Apalagi jika di Masjid Kuno tersebut terdapat makam- makam orang yang berperan dalam sejarah. Para wisatawan biasanya akan berziarah ke makam tersebut. Bagi mereka yang menghayati kunjungannya ke tempat-tempat tersebut, seolah-olah memberikan kesan bahwa mereka telah melakukan lawatan masa lalu.


Peninggalan-peninggalan sejarah saat ini banyak memberikan peran yang sangat penting bagi pengembangan pariwisata. Bahkan beberapa pemerintah daerah ada yang mengembangkan pariwisatanya dengan memanfaatkan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di daerahnya. Situs-situs sejarah secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan daerah.


Bangunan-bangunan kuno lainnya misalnya beberapa bangunan keraton kerajaan. Di tempat ini kita dapat berekreasi menikmati keindahan keraton- keraton masa lalu yang dibangun dengan bentuk bangunan yang merupakan perpaduan antara bentuk asli Indonesia dengan unsur-unsur dari luar. Beberapa unsur luar yang berpengaruh terhadap bangunan luar misal pengaruh dari Eropa, Cina, Arab, dan negara-negara lainnya. Dari jenis perpaduan bangunan ini kita dapat belajar juga bahwa pada masa itu bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan baik dengan bangsa-bangsa di luar Indonesia.


Salah satu tempat rekreasi sejarah adalah museum. Di tempat ini banyak disimpan atau dikoleksi benda-benda peninggalan sejarah. Benda-benda ini sangat penting untuk memberikan pengetahuan tentang kesejarahan. Kunjungan ke museum memiliki dua arti, yaitu pertama berekreasi dan kedua belajar
 
ilmu pengetahuan. Setiap museum yang dibangun memiliki kekhasan tersendiri, ada museum yang dibangun karena adanya peristiwa penting misalnya Museum Konferensi Asia Afrika yang ada di Gedung Merdeka Kota Bandung Jawa Barat. Ada pula museum yang mengkoleksi benda-benda sejenis, misalnya museum kereta api di Madiun, museum Affandi di Yogya yang mengkoleksi lukisan-lukisan Affandi, dan lain-lain. Ada pula museum yang mengkoleksi benda-benda yang beragam dari abad ke abad, misalnya Museum Sribaduga di Jawa Barat yang mengkoleksi benda-benda sejarah sejak zaman prasejarah hingga zaman penjajahan.


Rekreatif bukan hanya dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah. Guna rekreaktif dapat pula dirasakan dalam memahami karya sastra yang memiliki nilai kesejarahan. Ada beberapa karya sastra yang mungkin fakta sejarahnya masih diragukan, tetapi dalam karya sastra itu memberikan suatu gambaran bagaimana situasi zaman pada saat itu. Kemampuan berimajinasi bagi penulis karya sastra tersebut sangat penting. Begitu juga bagi yang membacanya, pembaca harus memiliki kemampuan imajinasi ketika dia membaca karya sastra sejarah. Ketika dia membaca karya sastra tersebut seolah-olah dia sedang berekreasi memasuki zaman yang diceritakan dalam karya sastra tersebut. Dalam hal ini sejarah menjadi suatu seni, bukan saja sebagai ilmu pengetahuan.

5.    Pendidikan Politik


Nilai-nilai politik sangat kentara dalam penulisan sejarah, terutama sejarah yang ditulis oleh pemerintah atau penulisan sejarah yang merujuk kepada kepentingan pemerintah. Penulisan sejarah seperti ini sangat nampak dalam buku-buku teks pelajaran sejarah yang ada di sekolah. Mengapa demikian? Sebab, pelajaran sejarah yang diberikan di sekolah harus merujuk kepada kurikulum yang berlaku. Adapun kurikulum pada dasarnya merupakan produk kebijakan politik pemerintah dalam pendidikan. Dengan demikian, sejarah yang diajarkan di sekolah memiliki misi dalam rangka pendidikan politik.


Misi penting dalam pengajaran sejarah di sekolah di antaranya adalah menciptakan warga negara yang baik. Salah satu ciri penting dari warga negara yang baik adalah warga negara yang selalu tunduk dan taat terhadap peraturan negara. Ketundukan dan kepatuhan ini dapat dibangun dengan cara menanamkan semangat kebangsaan dan rasa memiliki terhadap bangsanya. Pengajaran sejarah memiliki peran yang sangat penting dalam membangun nasionalisme. Nasionalisme yang diterapkan kepada siswa pada dasarnya merupakan bentuk pendidikan politik dari negara kepada warganya. 

Setiap bangsa memiliki kepentingan untuk menulis sejarahnya. Seperti juga bangsa Indonesia, kita belajar sejarah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Pendidikan Menengah. Pemerintah memiliki kepentingan terhadap pendidikan sejarah di sekolah. Mengapa sejarah dianggap penting diberikan kepada siswa-siswa di sekolah? Dengan belajar sejarah, para siswa diharapkan memiliki kecintaan terhadap tanah airnya, memiliki jiwa nasionalisme. Kecintaan kepada bangsa diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsanya. Para siswa diharapkan menjadi warga negara yang baik. Menjadi warga negara yang baik merupakan bagian dari pendidikan politik oleh pemerintah terhadap warga negaranya.

6. Pendidikan masa depan


Dapatkah sejarah mempelajari masa depan? Sudah barang tentu dapat. Mengapa sejarah dapat mempelajari masa depan? Sebab, sejarah adalah suatu studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Waktu dalam pengertian sejarah dapat berupa sebuah garis yang lurus ke depan. Garis tersebut dapat menunjukkan adanya kesinambungan. Kesinambungan waktu yang dimaksud adalah kesinambungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Masa lalu sangat menentukan masa sekarang, dan masa sekarang sangat menentukan masa yang akan datang.

Oke, itulah uraian tentang kegunaan mempelajari sejarah, jadi betapa pentingnya ya bagi kita untuk mempelajari sejarah setelah mengetahui kegunaannya. Semoga artikel ini bermanfaat.

Share:

Historiografi Atau Penulisan Sejarah

Historiografi Atau Penulisan Sejarah

Historiografi Atau Penulisan Sejarah  - Secara harfiah, historiografi berasal dari gabungan dua kata, yaitu histori yang berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. Jadi, berdasarkan asal katanya historiografi berarti penulisan sejarah. Berdasarkan pemahaman yang lebih luas, historiografi atau penulisan sejarah dapat diartikan sebagai sejarah penulisan sejarah. Kronik-kronik yang ditulis pada masa kerajaan-kerajaan kuno merupakan salah satu bentuk historiografi. Bentuk ini termasuk dalam historiografi tradisional. Masyarakat Indonesia pada masa lalu sudah memiliki kesadaran dalam menulis sejarahnya. Selain kronik, terdapat beberapa bentuk historiografi tradisional seperti babad, hikayat, silsilah, tambo (Minangkabau), tutui teteek (Roti), dan lain-lain. Historiografi di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Share:

Kronologi Di Dalam Sejarah

Kronologi Di Dalam Sejarah

Di dalam kehidupan sehari-hari istilah kronologi tentu menjadi tidak asing untuk didengar. Di bawah ini akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan kronologi di dalam sejarah. Kronologi biasanya digunakan dalam melihat suatu peristiwa. Misalkan peristiwa kecelakaan. Untuk mengungkap bagaimana kecelakaan itu terjadi, polisi akan menghubungkan berbagai fakta yang ditemukan dan menganalisa hubungan sebab akibatnya. Fakta-fakta tersebut, kemudian direkonstruksi dalam bentuk kronologi kejadian. Dengan cara seperti ini, maka polisi dapat menemukan apa yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut. 

Begitu pula kronologi sejarah. Kronologi sejarah merupakan urutan peristiwa sejarah yang terjadi. Ada tahapan-tahapan yang mengantarkan peristiwa itu terjadi. Berbagai kronologi yang ada dalam sejarah misalnya kronologi lahirnya kerajaan, pemberontakan, perang, dan lain-lain. 

Kronologi lahirnya sebuah kerajaan misalnya diawali dengan kronologi awal lahirnya kerajaan tersebut. Ada kerajaan yang lahir diawali oleh suatu peristiwa perebutan kekuasaan atau pemberontakan. Kelompok yang memenangkan perebutan kekuasaan atau pemberontakan itu akan mendirikan suatu kerajaan baru. Kemudian secara kronologis digambarkan perkembangan kerajaan baru tersebut. Siapa saja yang menjadi raja, peristiwa-peristiwa penting apa saja selama kerajaan itu berdiri, dan bagaimana kerajaan itu berakhir.
Pada masa lalu ada kebiasaan dalam kerajaan-kerajaan, menulis sejarah kerajaannya. 

Penulisan ini dilakukan oleh pejabat kerajaan yang mencatat peristiwa-peristiwa penting. Hal-hal yang dicatat biasanya lebih banyak menonjolkan hal-hal yang positif dari kerajaan tersebut atau peran dari raja sendiri. Apa yang ditulis tersebut lebih banyak memberikan legitimasi terhadap eksistensi kerajaan. Hal-hal yang dilakukan oleh raja selalu ditafsirkan sebagai suatu tindakan yang benar. 

Semua tindakan atau perilaku raja seolah-olah tidak ada kesalahannya. Bahkan berdirinya kerajaan tersebut, biasanya ditafsirkan sebagai suatu keharusan dalam rangka menyelamatkan masyarakat tempat  di mana kerajaan itu berdiri. Catatan-catatan seperti itulah yang biasanya disebut dengan kronik. Kronik biasanya disusun secara kronologis, artinya peristiwa disusun berdasarkan angka tahun yang berurutan dan saling berkesinambungan. Di bawah ini adalah contoh kronologi di dalam sejarah;

Pada dinasti-dinasti kuno di Cina banyak mencatat kunjungan utusan- utusan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Kunjungan utusan ini dapat berupa adanya hubungan dagang, atau merupakan bentuk pengakuan kepada raja di Cina sebagai kerajaan yang dipertuan dengan memberikan upeti. Misalkan berita dari Dinasti Sung yang menginformasikan tentang Kerajaan Sriwijaya. Menurut berita dari Dinasti Sung, pada tahun 960 M nama raja Sriwijaya yaitu Si-Li Hu-ta-hsia-li-tan dan pada tahun 962 M rajanya yaitu Shih-li Wu-yeh. Pada tahun 988 datang utusan dengan maksud menyampaikan upeti. Pada tahun 992, utusan yang meninggalkan Kanton dua tahun sebelumnya tidak dapat kembali ke negerinya karena negerinya diserbu oleh She-p’o. Akibatnya, utusan terpaksa berdiam di Kanton selama satu tahun. Pada musim panas tahun 992 utusan itu pergi ke Campa dengan perahu, di sana ia mendapatkan berita yang tidak menyenangkan tentang negerinya. Akhirnya ia kembali ke Cina dan memohon kepada kaisar Cina untuk mengumumkan bahwa San-fo-ch’i berada di bawah perlindungan Cina.

Share:

Periodesasi di dalam Sejarah

Periodesasi di dalam Sejarah

Sejarah adalah studi yang berkaitan dengan konteks waktu. Waktu dalam sejarah akan membentuk suatu periodisasi. Periodisasi digunakan biasanya untuk memudahkan pemahaman suatu cerita sejarah sehingga terjadi suatu kesinambungan. Jadi, periodisasi ini semacam serialisasi rangkaian menurut urutan zaman.


Peristiwa yang ditulis dengan menampilkan periodisasi akan mempermudah untuk mengetahui ciri khas atau karakteristik kehidupan manusia pada masing- masing periode, sehingga kehidupan manusia mudah dipahami. Dengan adanya periodisasi, akan diketahui perkembangan kehidupan manusia, kesinambungan antara periode yang satu dengan periode berikutnya, apakah ada pengulangan fenomena yang terjadi, dan perubahan dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya.
 

Secara teoritis perkembangan dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang berturut-turut dalam masyarakat yang bergerak dari satu bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Dalam perkembangan ini, tidak ada pengaruh luar yang menyebabkan pergeseran. Misalnya perkembangan suatu kota yang berasal dari suatu desa. Desa yang semula dihuni oleh penduduk yang sangat terbatas jumlahnya. Perkembangan desa tersebut disebabkan oleh adanya pembentukan lembaga-lembaga baru yang berpengaruh terhadap dinamika desa itu. Misalnya di desa tersebut dibuka sebuah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan tersebut merangsang kedatangan orang. 

Dalam beberapa waktu kemudian, banyak orang yang datang untuk mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Akibatnya, jumlah penduduk di desa tersebut semakin bertambah. Pertambahan penduduk berdampak kepada kehidupan ekonomi. Kebutuhan ekonomi penduduk tersebut harus dipenuhi, akibatnya lahir pasar. Dalam beberapa waktu kemudian desa tersebut menjadi berkembang pesat, baik secara ekonomi maupun sosial budaya. Perkembangan itu menyebabkan desa tersebut tidak lagi masuk ke dalam kategori bentuk desa, akan tetapi menjadi kategori kota.


Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Misalnya kolonialisme merupakan salah satu periode dalam sejarah Indonesia. Keberlangsungan kolonialisme salah satu sebabnya, yaitu adanya praktik-praktik yang pernah dilakukan pada masa prakolonial. Sebelum periode kolonial, kehidupan patrimonial sudah berlangsung. Raja selalu mendapatkan upeti terutama dari daerah-daerah taklukan. Selain itu, rakyat memiliki kewajiban untuk melaksanakan segala perintah raja. Rakyat wajib bekerja kepada raja dan para bangsawan tanpa memperoleh upah. Fenomena patrimonial ini ternyata dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pemerintah kolonial meminta upeti kepada raja-raja.


Salah satu contoh yang jelas adalah praktek pengerahan tenaga kerja ketika pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Pemerintah kolonial menggunakan hubungan tradisional antara penguasa pribumi dalam hal pengerahan tenaga kerja untuk keperluan Tanam Paksa. Para pekerja ini dikenakan kerja wajib. Dengan cara seperti ini, pemerintah kolonial mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari hasil pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Jadi, kolonialisme dapat dikatakan sebagai kesinambungan dari patrimonialisme.
Peristiwa dalam sejarah hanya terjadi satu kali, tidak ada peristiwa yang berulang. 

Sebab, setiap peristiwa yang terjadi memiliki keunikan tersendiri yang belum tentu ada dalam peristiwa berikutnya. Misalnya peristiwa proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 akan berbeda dengan perayaan 17 Agustus pada tahun-tahun berikutnya. Yang ada kesamaan dalam suatu peristiwa dengan peristiwa berikutnya adalah fenomena. Fenomena inilah yang sering ditafsirkan oleh orang awam sebagai pengulangan sejarah. Contoh terjadinya pengulangan fenomena dalam sejarah Indonesia adalah berakhirnya kekuasaan pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama berakhir kekuasaannya dengan adanya krisis politik, krisis ekonomi, dan demonstrasi dari berbagai lapisan masyarakat khususnya mahasiswa. Fenomena ini pun terjadi pula pada masa berakhirnya kekuasaan Orde Baru.


Dinamika yang terjadi di masyarakat dapat pula dikategorikan sebagai perubahan apabila mengalami pergeseran. Perubahan di sini sama artinya dengan perkembangan. Dinamika yang terjadi dalam perubahan adalah adanya perkembangan besar-besaran dan dalam waktu yang relatif singkat. 

Perubahan biasanya terjadi karena pengaruh dari luar. Misalnya, dalam sejarah Indonesia lahirnya kaum terpelajar yang menjadi penggerak gagasan nasionalisme di Indonesia pada awal abad ke-20. Kelahiran kelompok terpelajar tersebut merupakan dampak dari penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap kaum pribumi. Pendidikan ini ternyata melahirkan suatu kelompok baru dalam masyarakat Indonesia, yaitu kaum intelektual atau kaum terpelajar. Pada kaum ini tumbuh kesadaran bahwa bangsanya dijajah, dan munculnya cita-cita untuk melepaskan diri dari penjajah serta berkeinginan untuk membangun sebuah negara nasional. Perubahan terjadi dalam hal menghadapi penjajah. 

Pada masa sebelum abad ke-20, lebih banyak menggunakan perang fisik seperti Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Aceh, dan perang-perang lainnya. Ketika munculnya pergerakan kebangsaan yang dimotori oleh kaum intelektual, perlawanan terhadap penjajah dengan menggunakan organisasi yang modern.
 
Penetapan penyusunan periodisasi tergantung kepada penulis sejarah. Terdapat berbagai alasan dalam penetapan periodisasi. Misalnya suatu peristiwa disusun berdasarkan awal kejadiannya hingga berakhirnya kejadian tersebut. Selain itu, penetapan periodisasi tergantung pula pada tema sejarah yang ditulisnya. Dengan demikian, setiap penulis sejarah bebas dalam menetapkan periodisasi, tergantung pada pendiriannya.


Perkembangan politik, misalnya menulis periodisasi kerajaan-kerajaan kuno atau dinasti-dinasti. Kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia misalnya mulai dari periode kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha sampai dengan periode Islam. Periode kerajaan Hindu-Buddha mulai dari kerajaan tertua yaitu Kutai sampai dengan Majapahit. Akhir dari Kerajaan Majapahit, memasuki periode kerajaan- kerajaan Islam. Dalam setiap periode kerajaan tersebut, diceritakan tentang kekuasaan raja-raja khususnya yang berperan besar.


Periodisasi berdasarkan sosial ekonomi, misalnya melihat perkembangan kehidupan manusia mulai dari masa berburu, mengumpulkan makanan, mulai menanam, berkebun atau bersawah, sampai dengan masa produksi. Setiap periode tersebut memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Masa berburu dan mengumpulkan makanan misalnya, merupakan masa ketika manusia masih tergantung pada alam. Untuk mencapai kebutuhan hidupnya, manusia tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. 

Kehidupan sosial pada masa berburu, yaitu berkelompok-kelompok dan berpindah-pindah atau nomaden. Pada masa berkebun atau bersawah, manusia sudah mulai menetap karena sudah mampu mengolah alam dalam bentuk berkebun atau bersawah. Kehidupan sosial-ekonominya, sudah tidak lagi tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Ada proses produksi walaupun masih sederhana.

Demikianlah penjelasan tentang periodesasi di dalam sejarah, semoga bermanfaat.

Share:

Sejarah Sebagai Kisah

Sejarah Sebagai Kisah


Dalam kehidupan sehari-hari acap kali mendengarkan istilah kisah. Kisah biasanya berupa penuturan seseorang tentang suatu cerita terhadap orang lain. Ketika orang menuturkan suatu kisah sejarah kepada orang lain, akan diwarnai oleh persepsi yang dibuat oleh orang yang menceritakan kisah tersebut. Di bawah ini akan dijelaskan tentang sejarah sebagai kisah.
 

Sejarah sebagai kisah ialah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran menusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau atau sejarah serba subjek. Dengan demikian, dalam sejarah sebagai kisah, subjektivitas akan muncul. Hal ini berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa. Dalam sejarah sebagai peristiwa orang hanya melihat fakta sejarah, bukan mendengar atau membaca maupun menceritakan kisah sejarah.
 

Subjektivitas dalam sejarah sebagai kisah akan terlihat ketika ada dua orang menuturkan peristiwa sejarah yang sama. Perbedaan ini dapat muncul karena si penutur cerita tersebut memberikan penafsiran terhadap peristiwa yang ia deskripsikan. 

Semisal ketika seorang peneliti sejarah mewancarai orang-orang yang pernah mengalami atau melihat peristiwa Ambarawa. Kemungkinan orang-orang yang mengisahkan peristiwa Ambarawa akan berbeda mengisahkannya antara satu dengan yang lainnya. Apabila peneliti sejarah mewawancarai seorang prajurit yang terlibat perang melawan Belanda, mungkin ia akan menceritakan peristiwa Ambarawa dalam perspektif dirinya sebagai seorang tentara yang selalu berperang saat itu. Namun apabila yang kita wawancarai misalnya seorang petani, mungkin dia tidak terlalu menceritakan peristiwa Ambarawa sebagai bagian dari strategi perjuangan bangsa Indonesia saat itu.

Kisah sejarah yang disajikan dapat berupa lisan dan tulisan. Apabila kita mendengarkan seseorang menceritakan tentang peristiwa Ambarawa, maka itu termasuk katagori kisah lisan. Tetapi apabila kita ingin mengetahui peristiwa Ambarawa dengan membaca buku-buku yang bercerita tentang Bandung Lautan Api, maka itu termasuk dalam katagori bentuk kisah tulisan.

Ada kebiasaan pada orang-orang tertentu mencatat dalam buku hariannya tentang peristiwa-peristiwa penting. Misalnya seorang jenderal pemimpin perang, mencatat bagaimana strategi yang dia lakukan ketika menghadapi perang dengan Belanda. Dalam catatannya ini kita dapat menemukan penuturan bagaimana semangat pasukannya, jumlah pasukannya, daerah-daerah perlawannya, kekuatan lawan, senjata yang digunakan, dan hal-hal lainnya. Kemungkinan apabila kita tanyakan kepada anak buahnya tentang perang tersebut, bisa berbeda kesannya dari apa yang dituturkan oleh catatan sang jenderal tersebut.

Akhir-akhir ini sering terlihat banyak tokoh-tokoh penting di dunia yang menulis biografinya. Buku tersebut biasanya banyak bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting yang dilihat atau dialami oleh tokoh itu. Tokoh yang menulis biografi tersebut akan memberikan penilaiannya tersendiri tentang suatu peristiwa.

Peristiwa tersebut bisa dinilai sebagai sesuatu yang positif atau negatif. Akan tetapi, apabila membaca biografi tokoh yang lainnya tentang suatu peristiwa yang sama sebagaimana yang telah ditulis oleh tokoh sebelumnya, kemungkinan akan memberikan kesan yang berbeda. Misalnya tokoh yang mendukung peristiwa reformasi 1998 di Indonesia akan menyatakan bahwa peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang positif dalam membangun demokratisasi di Indonesia. Sebaliknya bagi tokoh yang merasa dirugikan kedudukannya dengan adanya peristiwa reformasi, ada kemungkinan akan memberikan penilaian yang jelek terhadap peristiwa reformasi.

Itulah penjelasan tentang sejarah sebagai kisah yang mana kisah sejarah adalah penuturan dari hasil subjektivitas seorang penulis maupun penutur sejarah.

 

Share:

Pengertian Sejarah Sebagai Peristiwa

Pengertian Sejarah Sebagai Peristiwa

Apa yang terjadi pada masa lalu merupakan fakta sejarah atau kenyataan sejarah. Kenyataan tersebut dapat menjadi peristiwa sejarah. Dengan demikian, sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, dan aktualitas. Kenyataan tersebut telah berlangsung pada masa lalu. Sejarah menjadi sesuatu yang objektif karena merupakan kenyataan yang benar-benar terjadi. Di bawah ini akan dijelaskan pengertian sejarah sebagai peristiwa.


Kehidupan manusia bersifat multidimensi, artinya kehidupan yang dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut yaitu ekonomi, politik, sosial budaya, dan lain-lain. Kenyataan sejarah dapat berupa aspek-aspek kehidupan manusia. Objektivitas sejarah dapat dibuktikan berdasarkan sumber sejarah yang ditemukan. Apabila suatu peristiwa sejarah itu diceritakan tetapi tidak ada sumbernya, maka sejarah itu tidak menjadi objektif. Jadi, peristiwa tersebut bukan kenyataan sejarah.


Peristiwa sejarah dapat dilihat dalam hubungan sebab akibat, baik yang bersifat internal maupun eksternal dari peristiwa itu. Internal disebabkan faktor yang ada dalam peristiwa itu sendiri, misalkan lahirnya pergerakan nasional di Indonesia pada awal abad ke-20 disebabkan oleh lahirnya kaum terpelajar sebagai dampak dari politik pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda melalui politik etis. Secara eksternal pergerakan kebangsaan di Indonesia lahir disebabkan oleh kemenangan perang oleh Jepang terhadap Rusia 1904-1905.


Sebab biasanya merupakan syarat utama bagi timbulnya suatu akibat. Syarat tersebut bisa berupa kondisi tertentu. Sebab suatu peristiwa bisa bersifat tunggal atau sebab utama, bisa pula bersifat multisebab atau lebih dari satu. Sebagai contoh, peristiwa perang terjadi disebabkan oleh konflik militer yang tidak dapat diselesaikan oleh dua negara yang bersengkata. Perang dapat pula disebabkan oleh multisebab, bukan hanya konflik militer tetapi disebabkan oleh aspek-aspek lainnya misalnya konflik perbatasan, kepentingan ekonomi, kepentingan politik dalam negeri, dan sebagainya.

Dalam sejarah umat manusia, peristiwa sejarah dapat merupakan suatu perubahan kehidupan. Sebab sejarah pada hakikatnya merupakan sebuah perubahan. Sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Dengan melihat aspek waktu tersebut, akan terlihat perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan kehidupan tersebut dapat berupa aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Aspek-aspek tersebut memiliki hubungan yang saling terkait. Suatu peristiwa ekonomi bisa disebabkan oleh aspek politik, sosial, dan budaya, juga sebaliknya.


Peristiwa politik biasanya peristiwa kehidupan manusia yang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan dapat berhubungan dengan penguasa, negara, pemerintahan, keputusan-keputusan pemerintah, partai politik, undang-undang, keterlibatan masyarakat dalam politik misalnya pemilu, dan lain-lain. Penguasa bisa seorang raja, presiden, atau pemimpin partai. Terdapat pula orang-orang tertentu yang bukan penguasa tetapi memiliki pengaruh terhadap kekuasaan, yang biasanya orang-orang tersebut dikategorikan sebagai “orang-orang besar”, misalkan seorang tokoh masyarakat yang memiliki kharisma di mata masyarakatnya.


Peran seorang penguasa dapat menjadi suatu peristiwa politik, misalnya peran yang dilakukan oleh Daendels ketika menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. Salah satu tindakan dari keputusan politiknya yang sangat penting bagi sejarah Indonesia ialah pembuatan Jalan Raya yang terbentang dari ujung barat Pulau Jawa yaitu Anyer sampai dengan ujung timur Pulau Jawa yaitu Panarukan. Pembuatan jalan raya ini berawal dari keputusan politik Daendels yang bertugas mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, tetapi kemudian berakibat pada aspek-aspek lainnya. 

Pembangunan jalan raya sebagai suatu sebab, dapat berakibat pada aspek-aspek lain yang tidak lagi merupakan peristiwa politik. Aspek-aspek lain tersebut misalnya pertumbuhan kota-kota di Jawa Barat yang dilalui jalan raya. Kota-kota tersebut misalnya Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dan kota-kota lainnya. Di antara kota-kota tersebut dibangun jalur ekonomi, karena jalan tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi bagi barang-barang yang dihasilkan oleh daerah tersebut. 

Di dalam kota-kota tersebut memungkinkan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat, masyarakat mudah berinteraksi secara ekonomi karena terdapat sarana transportasi, sehingga kegiatan perdagangan antarmasyarakat semakin meluas. Bahkan secara sosial dapat menimbulkan suatu kegiatan usaha jasa, misalnya jasa pengangkutan barang yang menggunakan gerobak kuda. Berdasarkan contoh di atas, dapatlah dilihat bahwa peristiwa politik dapat menjadi sebab terhadap peristiwa-peristiwa lainnya seperti peristiwa ekonomi dan sosial.


Selain peran individu dalam politik, peran kelompok juga dapat menjadi peristiwa politik. Misalkan, peristiwa peran yang dilakukan oleh partai politik dalam kampanye. Partai politik merupakan kumpulan individu-individu yang berkumpul untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, yang biasanya akan mereka perjuangkan nanti di parlemen. Kegiatan kampanye merupakan bagian dari kegiatan pemilu. Kegiatan pemilu dapat memperlihatkan bagaimana individu- individu itu berperilaku. Dalam kegiatan kampanye, partai-partai berlomba- lomba dengan berbagai jargon yang mereka ungkapkan untuk meraih massa.


Kegiatan kampanye sebagai peristiwa politik dapat menjadi sebab bagi peristiwa-peristiwa lainnya. Misalnya apabila kampanye itu dilakukan tidak dengan tertib dan tumbuhnya fanatisme yang berlebihan di kalangan pengikut atau massa partai politik, dapat berakibat lahirnya peristiwa konflik sosial atau kerusuhan. Selain berakibat secara sosial, kampanye dapat pula berakibat pada kegiatan ekonomi. Misalnya setiap partai politik memiliki identitasnya masing-masing. Identitas tersebut dapat dilihat pada bendera dan kaos yang digunakan oleh massanya. Untuk kegiatan kampanye, identitas tersebut harus digunakan, dan membutuhkan jumlah yang cukup banyak. 

Pemenuhan identitas tersebut tidak mungkin dilakukan oleh partai itu sendiri, sebab partai lebih berkonsentrasi pada kegiatan politik. Akibatnya, tumbuhlah para pengusaha atau penjual bendera dan kaos partai politik. Terjadi perdagangan bendera dan kaos partai dalam jumlah yang lebih besar. Bagi sekelompok pedagang atau pengusaha, ini merupakan peristiwa ekonomi yang sangat menguntungkan.


Partai politik dalam melakukan kampanye biasanya dilakukan di lapangan yang terbuka luas dan membutuhkan kerumunan massa yang cukup besar. Bagi sekelompok pedagang makanan, khususnya pedagang kecil, kerumunan massa ini merupakan potensi untuk mencari konsumen dalam rangka menjual dagangannya. Dalam kegiatan kampanye ini ternyata terjadi peristiwa ekonomi, yaitu terjadinya transaksi dagang antara pedagang makanan yang menjajakan di tempat berlangsungnya kampanye dengan massa pendukung partai.


Dalam sejarah Indonesia, peristiwa-peristiwa politik tersebut dapat dilihat dari kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) yang pertama pada tahun 1955 sampai dengan pemilu terakhir pada tahun 2003. Bagi mereka yang mengalaminya pelaksanaan pemilu, dapat melihat secara langsung dari lingkungan terdekat atau lingkungan sekitarnya bagaimana perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada saat pemilu berlangsung, apakah masyarakat terkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan politik, atau adakah kegiatan ekonomi masyarakat dalam rangka pemilu, atau kegiatan-kegiatan lainnya di luar kegiatan yang bersifat politik.


Peristiwa ekonomi merupakan peristiwa yang menggambarkan kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi. Ciri utama dari kegiatan ekonomi yaitu adanya produksi dan pertukaran hasil produksi dalam bentuk kegiatan jual beli. Produk yang diperjualbelikan bisa berbentuk barang atau jasa. Penjajahan yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia, tidak hanya dilihat sebagai peristiwa politik belaka, dapat pula dilihat sebagai peristiwa ekonomi.
 
Misalkan kebijakan pemerintah kolonial Belanda tentang Sistem Tanam Paksa atau cultuurstelsel dan diberlakukannya Undang-Undang Agraria 1870. Sistem Tanam Paksa dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada dasarnya merupakan persoalan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Belanda. Kas negara pemerintah Belanda mengalami kekosongan yang disebabkan oleh pembiayaan perang.
Untuk memenuhi kekosongan kas negara tersebut, pemerintah Belanda menjadikan wilayah jajahannya (Indonesia) sebagai sumber komoditas ekonomi. 

Sebagai pelaksanaan sistem tanam paksa, lalu ditanamlah tanam-tanaman yang laku di pasaran dunia atau tanaman ekspor. Pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari pelaksanaan Sistem Tanam Paksa tersebut. Keuntungan itu diperoleh karena pemerintah Belanda tidak mengeluarkan ongkos produksi yang besar. Dalam penanaman digunakan buruh yang tidak diupah secara bebas, tetapi buruh yang memiliki wajib kerja. 

Akibat sosial yang terjadi dalam masyarakat di Indonesia ialah timbulnya kemiskinan, bahkan kelaparan. Terjadi kematian penduduk di beberapa daerah karena kelaparan. Ternyata bagi penduduk, Sistem Tanam Paksa tidak memberikan kesejahteraan secara ekonomis. Dampak-dampak negatif inilah yang kemudian menjadi salah satu sebab dihapuskannya Sistem Tanam Paksa.


Sebagai pengganti dari Sistem Tanam Paksa yaitu diberlakukannya Undang- Undang Agraria (Agrarische Wet) 1870. Pemberlakuan Undang-Undang tersebut dapat dilihat sebagai suatu peristiwa ekonomi. Undang-undang ini mengandung unsur liberalisasi ekonomi, karena yang menjadi penyelenggara utama ekonomi bukan lagi pemerintah seperti halnya dalam Sistem Tanam Paksa, tetapi pihak swasta sebagai penyelenggara. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria 1870 mengakibatkan datangnya para investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Peristiwa ekonomi yang dapat dilihat dari diberlakukannya Undang- Undang Agraria (Agrarische Wet) 1870 tersebut yaitu semakin luasnya dibuka usaha perkebunan.


Perkebunan merupakan bentuk kegiatan ekonomi, yaitu adanya produksi berupa hasil tanam-tanaman seperti teh, karet, kopi, kina, tembakau, coklat, dan lain-lain. Hasil-hasil perkebunan tersebut ada yang diolah di pabrik- pabrik yang kemudian hasil olahan tersebut dijual. Usaha produksi dan jual beli produk perkebunan ternyata berdampak pada usaha-usaha jasa, baik secara ekonomi maupun sosial. Secara sosial tumbuh model buruh yang berbeda dengan masa tanam paksa. 

Pada masa tanam paksa, buruh yang digunakan yaitu buruh yang wajib kerja, mereka tidak diberi upah. Sedangkan pada masa diberlakukannya Undang-Undang Agraria, muncul model buruh yang bebas, mereka digaji atau diupah sesuai jam kerja dan hasil pekerjaannya. Begitu pula, mereka bekerja tidak dipaksa. Untuk menarik produk-produk perkebunan, baik ke pabrik maupun dari pabrik ke tempat penjualan, membutuhkan usaha jasa pengangkutan, sehingga tumbuh usaha jasa angkutan.


Peristiwa ekonomi sebagai sejarah masyarakat manusia Indonesia, tidak hanya dilihat pada masa penjajahan. Sejarah kontemporer pun dapat dilihat sebagai peristiwa sejarah. Pada perkembangan sejarah ekonomi yang kontemporer, kita bisa melihat kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar lingkungan kita, baik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. 

Sebagai contoh, kita bisa melihat perubahan atau jatuh bangunnya usaha yang dilakukan oleh para pengrajin di sekitar lingkungan tetangga kita. Bagaimana usaha kerajinan itu dirintis, berkembang pesat pada tahun-tahun tertentu, dan mungkin mengalami kebangkrutan. Berbagai sebab perjalanan sejarah kegiatan ekonomi pengrajin tetangga bisa kita cari. Apakah kebangkrutannya disebabkan oleh modernisasi teknologi, manajemen perusahaan, interes masyarakat pada produk kerajinan, atau sebab-sebab lainnya.


Pertumbuhan industri besar yang terjadi di sekitar kita, dapat juga dilihat sebagai peristiwa ekonomi. Bagaimana industri besar itu berdampak pada kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar. Misalkan di beberapa kota tumbuh pabrik-pabrik besar. Pabrik-pabrik tersebut membutuhkan lahan yang cukup luas. Hal itu menyebabkan banyak kebun-kebun atau sawah- sawah yang merupakan sumber kehidupan ekonomi masyarakat menjadi tergusur. Terjadi perubahan sosial dalam diri masyarakat, misalnya masyarakat yang semula berprofesi sebagai petani berubah menjadi buruh pabrik, tukang ojeg, sopir angkot, buruh bangunan, dan lain-lain. Masyarakat di sekitar pabrik kegiatan ekonomi tidak lagi menjadi petani, tetapi beralih ke sektor jasa.


Peristiwa sosial merupakan peristiwa sejarah yang terjadi atau timbul dapat disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya. Seperti telah dicontohkan di atas, peristiwa ekonomi dan politik dapat berdampak pula pada peristiwa sosial. Peningkatan ekonomi dalam satu kelompok masyarakat, dapat berakibat terjadinya perubahan sosial. Pertumbuhan pabrik-pabrik dapat pula meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di sekitar. Ketika menjadi petani, masyarakat di sekitar, hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang SLTP. Tetapi ketika ia beralih ke profesi jasa dengan tumbuhnya pabrik, masyarakat di sekitar bisa menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Perubahan sosial terjadi, yaitu di lingkungan masyarakat sekitar sudah mulai banyak orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih baik. Dengan pendidikan yang lebih baik, memungkinkan bagi masyarakat di sekitar dapat melakukan pilihan-pilihan pekerjaan yang profesional.


Peristiwa sejarah terjadi dalam lingkup spasial atau ruang yang beragam. Mulai dari ruang lingkup spasial yang lebih kecil sampai pada ruang lingkup yang lebih besar. Ruang lingkup spasial secara administratif pemerintahan bisa mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, negara bahkan dunia. Sebuah peristiwa sejarah bisa saja terjadi hanya di desa tertentu saja, misalkan bagaimana perubahan pada masyarakat pedesaan di Jawa dengan adanya Sistem Tanam Paksa, apakah mereka tetap menjadi petani, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya.


Spasial dalam ruang lingkup yang lebih kecil misalnya keluarga. Keluarga dapat diangkat menjadi tema penulisan sejarah. Dalam hal ini keluarga jangan hanya dipahami sebagai ikatan individu-individu yang merupakan anggota keluarga seperti ayah, ibu, dan anak. Pendekatan sosiologis atau antropologis dapat dilakukan dalam mengkaji tema sejarah keluarga. Secara sosiologis, keluarga harus dipahami sebagai bentuk suatu masyarakat. Sebagaimana lazimnya suatu masyarakat, akan terjadi interaksi di antara anggotanya. Interaksi di antara mereka akan menciptakan suatu dinamika atau perubahan. Perubahan inilah yang kemudian dapat menjadi suatu peristiwa sejarah.


Interaksi tersebut dapat terjadi misalnya adanya kegiatan ekonomi yang ada di keluarga. Dinamika ekonomi yang terjadi di keluarga dapat menjadi basis dinamika ekonomi masyarakat yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat terutama pada masyarakat yang homogen aktivitas ekonominya pada suatu daerah. Misalnya terdapat suatu desa pengrajin, semua keluarga yang tinggal pada desa itu merupakan pengrajin tikar. Jatuh bangunnya kegiatan ekonomi pada desa tersebut bisa dilihat dari peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi pada keluarga-keluarga yang ada di desa tersebut.


Peristiwa-peristiwa keluarga yang bisa kita lihat, misalnya bagaimana keluarga itu memproduksi dan menjual hasil-hasil kerajinannya, bagaimana sistem manajemennya, apakah ada hubungan dengan sistem kekerabatan atau sistem lainnya. Kalau ada hubungan dengan sistem kekeluargaan, maka kita dapat melihat bagaimana peristiwa pernikahan yang dilakukan oleh keluarga- keluarga pengrajin tersebut, apakah untuk memperkuat bisnisnya mereka menikahkan putera atau puterinya dengan sesama saudara atau tetangga yang berprofesi sebagai pengrajin tikar. Dengan demikian, peristiwa keluarga yang merupakan suatu peristiwa dalam ruang lingkup spasial yang lebih kecil, dapat berakibat pada peristiwa ekonomi dalam spasial yang lebih luas.


Peristiwa yang terjadi dalam keluarga tidak hanya dilihat dalam konteks yang luas. Penulisan peristiwa dapat dilihat dalam peran individu yang ada di keluarga tersebut. Anggota keluarga yang ditulis biasanya merupakan tokoh penting dalam sejarah. Penulisan peristiwa sejarah seperti ini akan menampilkan suatu biografi. Tokoh yang ditulis akan menceritakan peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pada dirinya dan keluarganya. Peristiwa yang ditampilkan mulai dari peristiwa yang ia alami dalam ruang lingkup yang kecil hingga pada ruang lingkup yang lebih luas. Dalam ruang lingkup yang lebih kecil misalnya peristiwa yang terjadi di keluarganya, sedangkan peristiwa dalam
 
ruang lingkup yang lebih luas misalnya peran dia di masyarakat yang lebih luas.
Kesimpulan yang bisa kita nyatakan berdasarkan uraian tersebut bahwa peristiwa sejarah pada dasarnya merupakan sesuatu yang objektif dan suatu kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Objektivitas tersebut sangat ditentukan oleh keberadaan sumber sejarahnya. Peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia, seperti peristiwa politik, ekonomi, dan sosial.

Share:

Manusia Pra-Aksara di Indonesia

Manusia Pra-Aksara di Indonesia

Kepulauan Indonesia pada masa pra-aksara sangatlah kaya akan peninggalan baik berupa artefak maupun fosil-fosil manusia pra-aksara di Indonesia. Di dalam artikel ini akan disebutkan jenis-jenis manusia pra-aksara di Indonesia. Manusia pra-aksara di Indonesia terutama pada era neolitikum berkaitan dengan adanya migrasi atau perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia. Berikut adalah manusia pra-aksara di Indonesia yang menghuni Kepulauan Indonesia setelah memasuki era neolitikum;

1. Bangsa Melanesia/Papua Melanosoid 

Bangsa melanesia merupakan sub-ras yang berasal dari ras negroid. Ciri-ciri fisik bangsa melanesia antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar, dengan hidung yang mancung. Bangsa melanesia terkadang juga diklasifikasikan sama dengan papua melanesoid. Bangsa Melanesia hingga saat ini masih terdapat sisa-sisa keturunannya, antara lain; Suku Sakai/Siak dan suku-suku Papua Melanosoid yang mendiami Pulau Irian dan gugusan kepulauan Melanesia.

2. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu 

Bangsa proto-melayu atau melayu tua adalah bangsa yang merupakan bagian dari ras Malayan Mongoloid. Ciri-ciri fisik bangsa proto-melayu antara lain: berkulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, namun bentuk mulut dan hidung sedang. Beberapa suku di Indonesia yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).

3. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu 

Bangsa Melayu Muda atau Bangsa Deutro Melayu adalah bangsa yang merupakan bagian dari ras Malayan Mongoloid sama seperti dengan bangsa melayu tua atau bangsa proto-melayu, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa deutro melayu datang ke Kepulauan Indonesia setelah kedatangan bangsa proto-melayu. Bangsa deutro-melayu ini berkembang menjadi Suku Aceh, Suku Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.

Jadi, itulah deskripsi singkat tentang bangsa pendukung zaman pra-aksara di Indonesia. Semoga deskripsi yang singkat tentang manusia pra-aksara di Indonesia dapat membantu.

Share:

Definisi Sejarah Sebagai Sebuah Ilmu

Definisi Sejarah Sebagai Sebuah Ilmu

Sebagai sebuah ilmu, sejarah juga memiliki definisi. Definisi sejarah telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang memberikan pengertian tentang sejarah. Di bawah ini adalah definisi sejarah berdasarkan para ahli;

Menurut Edward Harlott Carr, sejarah adalah suatu proses interaksi antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya; suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa silam. Interaksi dalam pengertian ini ialah bahwa sejarawan merupakan orang yang akan merekonstruksi peristiwa sejarah. Untuk merekonstruksi tersebut, maka sejarawan menggunakan fakta-fakta sebagai sumbernya. 

Fakta-fakta yang berserakan dan terpisah-pisah dapat menjadi hidup dengan rekonstruksi peristiwa sejarah. Seperti cerita tentang adanya Kerajaan Purnawarman di Jawa Barat. Sejarawan menemukan fakta-fakta sejarah berupa prasasti-prasasti yang berada di beberapa tempat yang terpisah-pisah. Secara fisik, prasasti-prasasti tersebut merupakan benda mati yang tidak bisa berbicara. Tetapi dengan kemampuan merekonstruksi yang dimiliki oleh sejarawan prasasti-prasasti tersebut menjadi hidup. Tersusun suatu cerita bagaimana kerajaan itu berdiri, siapa rajanya dan bagaimana kehidupan masyarakatnya. 

Gambaran kehidupan masyarakat masa lalu akan memberikan fenomena tersendiri yang mungkin fenomena tersebut akan ada dalam kehidupan pada masa-masa yang akan datang. Berdasarkan definisi Carr tersebut, maka sejarawan akan senantiasa berinteraksi dengan sumber sejarah, karena sejarawan tidak bisa menyusun cerita sejarah apabila tidak ada sumber. Masa lalu akan senantiasa berhubungan dengan masa sekarang.


Sejarah ialah kenangan dari tumpuan masa silam. Hal ini diungkapkan oleh Robert V. Daniel. Kenangan yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang ditangkap oleh memori manusia terhadap peritiwa yang ia lihat. Apa yang  ia lihat dapat menjadi tumpuan dalam mengetahui peristiwa masa lalu. Walaupun demikian, kenangan yang ditangkap tersebut mengalami keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud adalah kemampuan manusia dalam mengingat. Semakin lama peristiwa itu dikenang, biasanya semakin sukar manusia untuk mengingat kembali apa yang ia lihat atau dialaminya. Peristiwa Tsunami yang terjadi di Aceh akan menjadi sejarah tentang bencana di Indonesia. Bagi mereka yang mengalaminya, peristiwa Tsunami tersebut akan menjadi kenangan dan kenangan tersebut akan menjadi tumpuan bagi orang yang akan menulis sejarah bencana.


John Tosh mendefinisikan sejarah adalah memori kolektif, sumber pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial orang-orang dan prospek orang-orang tersebut pada masa yang akan datang. Memori kolektif dapat berarti pula ingatan kolektif, masyarakat memiliki ingatan secara bersama-sama tentang masa lalunya. 

Masa lalu dapat mengenalkan siapa identitas sosial dirinya. Misalnya dalam suatu daerah terjadi kerusuhan antar-kelompok, maka masyarakat akan mengingatnya sebagai suatu peristiwa yang tragis, sangat mengerikan, masyarakat akan sangat benci terhadap peristiwa tersebut. Peristiwa tersebut akan menjadi sumber pengalaman yang berharga bagi masyarakat, dan akan dijadikan cermin pada masa yang akan datang. Masyarakat mengharapkan dan berusaha agar pada masa yang akan datang tidak terjadi peristiwa tragis tersebut. Dengan identitas sosial dirinya, dia akan tahu apa yang harus ia perbuat pada masa yang akan datang.


Memori kolektif bukan hanya hal yang jelek saja, tetapi juga hal-hal yang baik. Misalkan pada masa lalu masyarakat sangat terkesan dengan kepemimpinan seorang pemimpin yang memiliki kharisma yang sangat besar. Pemimpin yang adil, merakyat, dan mau membela kepentingan rakyat. Ketika pemimpin itu meninggal, akan menjadi memori kolektif terhadap pemimpin tersebut. Masyarakat mengharapkan pada masa yang akan datang, pengganti pemimpin tersebut dapat memiliki sikap-sikap seperti pendahulunya itu.


J. Bank menyatakan bahwa semua kejadian/peristiwa masa lampau adalah sejarah; sejarah sebagai kenyataan. Menurut pendapatnya pula, sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. 

Semua kejadian yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan manusia. Dalam kejadian atau peristiwa tersebut, terdapat bagaimana manusia berperilaku. Misalkan ketika revolusi di suatu daerah kita bisa melihat bagaimana masyarakat bereaksi, ada yang sekelompok masyarakat yang berperilaku mendukung Republik Indonesia, ada yang mendukung Belanda, ada yang mendukung kelompok pemberontak, ada yang langsung ikut bertempur melawan Belanda, ada yang menjadi mata-mata pejuang Republik, ada yang menjadi mata-mata Belanda, ada penduduk yang membantu pejuang dengan cara memberi makanan, dan berbagai bentuk perilaku lainnya.


Dari peristiwa tersebut, siswa dapat mengetahui bagaimana perilaku individu atau kelompok masyarakat dalam suatu peristiwa sejarah. Perilaku-perilaku tersebut dapat menjadi sumber pemahaman terhadap perilaku-perilaku individu atau kelompok masyarakat pada saat ini dan masa yang akan datang. Misalkan kita melihat mengapa orang atau suatu kelompok masyarakat tersebut bersikap kurang mendukung terhadap pemerintah, maka kita bisa melihat sejarah dari orang atau keluarga dalam masyarakat tersebut pada masa lalunya. Kita dapat mengambil kesimpulan, orang tersebut bersikap demikian karena pada masa lalunya keluarganya pun bersikap demikian.
 

Beverley Southgate menyatakan sejarah adalah suatu studi masa lampau, suatu studi yang hasilnya secara ideal merupakan suatu penyajian masa lalu sebagaimana adanya. Sebagai suatu studi yang menampilkan suatu kenyataan; tidak hanya dapat dinikmati adanya, tetapi juga secara moral berguna di dalam pengajaran. Sejarah divalidasi oleh ketepatan metode ilmu pengetahuan; dengan penguatan objektivitasnya yang bersumber dari fakta dan menghasilkan suatu laporan kebenaran. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki metode yang objektif, artinya menghasilkan suatu kebenaran yang berdasarkan pada bukti yang memang benar-benar ada.


Sejarah bukanlah dongeng yang bersifat fiksi atau khayalan, peristiwa masa lalu memang benar-benar ada berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Misalnya di Jawa Barat terdapat Kerajaan Pajajaran, cerita tentang Kerajaan Pajajaran disusun berdasarkan pada prasasti-prasasti dan sumber-sumber lainnya yang menceritakan tentang adanya Kerajaan Pajajaran. 

Selain sebagai ilmu, sejarah juga berguna dalam pengajaran. Sejarah akan mengajarkan moral, belajar kebaikan-kebaikan pada masa lalu. Sejarah adalah studi tentang manusia, manusia dalam kehidupan masyarakat. Ungkapan tersebut dikatakan oleh Robin Wink. 

Kehidupan manusia akan direkam oleh sejarah. Dalam merekam tersebut, akan diketahui perubahan masyarakat yang terus-menerus, ide-ide yang mengandung aksi-aksi masyarakat, dan kondisi-kondisi material yang telah membantu atau merintangi perkembangan aksi masyarakat tersebut. Hal tersebut dinyatakan oleh Sir Charles Fith.
 

Kesimpulan yang dapat kita nyatakan dari definisi-definisi tersebut yaitu sejarah merupakan studi tentang manusia sebagai individu maupun kelompok dalam konteks waktu dan ruang. Sejarah adalah studi tentang kehidupan masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup manusia akan memberikan pelajaran bagi kehidupan manusia kelak.

Share:

Asal Usul Kata Sejarah

Asal Usul Kata Sejarah

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengenal kata sejarah. Kata sejarah sering dipahami oleh masyarakat secara umum sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan masa lampau. Apabila orang ingin mengetahui bagaimana kehidupan masa lalunya, maka orang akan membicarakan sejarah kehidupannya, misalnya, dalam ruang lingkup yang lebih kecil, terdapat sekelompok masyarakat dalam perayaan-perayaan tertentu selalu mengungkap sejarah keluarganya. 

Di Jawa Barat misalnya, ada tradisi “mudik” menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan cara seluruh keluarga itu berkumpul dan dalam perkumpulan itu diungkapkan bagaimana asal usul keluarga tersebut terbentuk. Tradisi ini sering disebut dengan “khaul” keluarga. 

Ada pula sejarah itu diungkapkan pada setiap hari ulang tahun, misalkan ulang tahun lembaga pendidikan pesantren. Dalam perayaan lembaga pendidikan ini akan diungkapkan bagaimana sejarah berdirinya pesantren itu, siapa pendirinya, bagaimana proses berdirinya pesantren tersebut, bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh para pendiri dalam membangun pesantren, dan cerita-cerita lainnya. Berdasarkan contoh-contoh tersebut, apakah sejarah itu hanya bicara masa lalu?


Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun, yang berarti pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol, yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu memiliki hubungan yang saling terkait dan membentuk pohon tersebut menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif, tidak pasif. Dinamika ini terus-menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada. Dengan adanya lambang pohon itu, dapat menunjukkan adanya suatu pertumbuhan dan perkembangan.


Kalau kita kaitkan pengertian syajaratun dengan kehidupan manusia, dapatlah mengandung arti bahwa manusia itu hidup akan terus bergerak tumbuh seiring perjalanan waktu dan tempat atau ruang di mana dia berada. Kehidupan bukanlah sesuatu yang diam atau statis, tetapi sesuatu yang terus-menerus tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, manusia dalam kehidupannya mengalami fase-fase tertentu, yaitu fase di dalam kandungan, lahir, bayi dan anak-anak,
 
remaja, dewasa, dan orang tua. Fase-fase kehidupan tersebut menunjukkan adanya kesinambungan dalam kehidupan manusia. Kesinambungan itu terjadi karena manusia dalam kehidupannya diikat oleh waktu dan ruang. Ada masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, ketiga-tiganya menunjukkan adanya kesinambungan. 

Masa lalu akan menentukan masa sekarang, dan masa sekarang akan menentukan masa depan.Waktu dalam pengertian ini dapat diartikan jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan bentuk waktu yang lainnya. Ruang adalah tempat di mana manusia itu tinggal, misalkan di desa, kota, kampung, dusun, dan lain-lain. Dengan uraian contoh tersebut, dapatlah dinyatakan bahwa ciri penting dari sejarah adalah adanya konsep waktu dan ruang. Jadi, sejarah pada dasarnya bukan hanya bicara masa lalu, sejarah pada dasarnya berbicara kehidupan manusia dalam konteks waktu dan ruang.


Selain istilah syajaratun yang berasal dari bahasa Arab, terdapat kata- kata Arab lainnya yang memiliki arti hampir sama dengan kata syajaratun, seperti silsilah, riwayat atau hikayat, kisah, dan tarikh. Silsilah menunjuk pada keluarga dan nenek moyang. Pada kerajaan-kerajaan masa lampau, sering dibuat silsilah keluarga raja, yaitu mulai dari siapa pendiri kerajaan itu sampai pada raja yang sedang berkuasa. 

Sebagaimana telah dicontohkan di atas, dalam masyarakat ada tradisi pada saat merayakan idul fitri diadakan acara pertemuan keluarga besar dalam rangka silaturahmi. Dalam acara ini biasanya disampaikan silsilah keluarga itu, mulai dari siapa leluhurnya sampai dengan keluarga yang masih hidup. 

Riwayat atau hikayat dikaitkan dengan cerita yang diambil dari kehidupan, baik perorangan maupun keluarga. Riwayat dapat berarti laporan atau cerita tentang kejadian. Hikayat yaitu cerita tentang kehidupan yang menjadikan manusia sebagai objeknya atau disebut dengan biografi. Kata biografi berasal dari kata bios yang artinya hidup dan gravein yang artinya menulis. Jika objek cerita kehidupan manusia itu seseorang, diri sendiri, disebut autobiografi.


Pada saat ini banyak sekali para tokoh yang membuat biografi atau autobiografi dirinya. Para tokoh ini berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan politisi, pejabat, pengusaha, maupun kalangan lainnya. Mereka menulis biografi atau autobiografi dengan harapan masyarakat dapat mengetahui sepak terjang perjuangan hidupnya. Biografi atau autobiografi ditulis biasanya dalam rangka memperingati ulang tahunnya dalam usia-usia tertentu, misalnya dalam rangka ulang tahun ke-50 maupun ulang tahun ke-70.


Kata Arab lainnya yang sama dengan syajaratun yaitu tarikh dan kisah. Tarikh dalam bahasa Arab secara umum menunjuk ke masa lampau, juga lebih mengandung arti cerita tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau. Tarikh menunjukkan tradisi dalam sejarah Islam seperti tarikh nabi, tarikh Islam, dan sebagainya.
 
Selain kata-kata Arab, terdapat pula dalam bahasa-bahasa di Nusantara kata-kata yang artinya mirip dengan sejarah. Kata-kata tersebut seperti babad dalam bahasa Jawa, tambo dari bahasa Minangkabau, pustaka dan cerita. Kata babad menurut Pigeud berarti cerita sejarah. Selain itu, kata tersebut dapat pula diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti “memangkas”. Hasil dari pem-babad-an ini ialah suasana terang. Kalau babad dikaitkan dengan kata sejarah, berarti sejarah itu bertugas memberikan penerangan tentang suatu keadaan.


Istilah lainnya yang berasal dari kata asing yang sama dengan kata sejarah yaitu history dari bahasa Inggris, geschichte berasal dari bahasa Jerman, dan gechiedenis berasal dari bahasa Belanda. History berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu historia (dibaca istoria), yang berarti “belajar dengan cara bertanya-tanya”. Menurut filosof Yunani Aristoteles, historia berarti pertelaan sistematis mengenai seperangkat alam, tanpa mempersoalkan susunan kronologis. 

Dalam perkembangannya, istilah history sama dengan istilah scientia yang artinya pertelaan sistematis nonkronologis tentang gejala alam. Adapun historia lebih diartikan sebagai pertelaan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Dengan demikian, istilah history pada mulanya bukanlah berarti sejarah dalam pengertian sekarang, tetapi lebih dekat sebagai ilmu pengetahuan atau sains.


Di dalam perkembangannya kemudian, kata historia berarti sesuatu yang telah terjadi. Istilah ini sama dengan kata geschichte, berasal dari kata geschehen, yang berarti terjadi; dan gechiedenis, berasal dari kata geschieden, yang berarti terjadi. Kata historia yang berasal dari bahasa latin tersebut masuk  ke dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya. Misalnya historie atau l’hisrorie dalam bahasa Prancis, history dalam bahasa Inggris, dan istorya dalam bahasa Rusia.


Share:

Sumber-Sumber Sejarah

Sumber-Sumber Sejarah


Sumber-Sumber Sejarah - Apakah yang disebut dengan sumber sejarah? Sumber sejarah adalah sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung menyampaikan kepada kita tentang sesuatu kenyataan pada masa lalu. Suatu sumber sejarah mungkin merupakan suatu hasil aktivitas manusia yang memberikan informasi tentang kehidupan manusia. Bagi sejarawan, sumber sejarah ini merupakan alat, bukan tujuan akhir. Adanya sumber sejarah merupakan bukti dan fakta adanya kenyataan sejarah. Di bawah ini akan dijelaskan tentang sumber-sumber sejarah sebagai alat untuk penyusunan deskripsi sejarah.

Dengan sumber sejarah inilah, sejarawan dapat mengetahui kenyataan sejarah. Tanpa adanya sumber, sejarawan tidak akan bisa berbicara apa-apa tentang masa lalu; begitu pula tanpa sentuhan sejarawan, sumber sejarah pun belum bisa banyak bicara apa-apa. Sumber sejarah sendiri bukanlah sejarah. Sejarah itu ada karena konstruksi dari sejarawan terhadap sumber sejarah.


Dilihat dari sifatnya, sumber sejarah dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Apabila dilihat dari bentuknya, maka terdapat sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber dalam wujud benda fisik atau artefak. Sumber primer dapat berupa orang yang langsung menyaksikan kejadian suatu peristiwa atau catatan yang dibuat pada zamannya dengan bentuk tulisan, isi, dan bahan yang sezaman. Tetapi apabila orang yang tidak langsung menyaksikan suatu peristiwa tetapi ia mengetahuinya, maka termasuk sumber sekunder. Sumber sekunder dalam bentuk tertulis dapat berupa catatan tertulis yang bentuk tulisan dan bahannya tidak sezaman.


Untuk memudahkan perbedaan sumber primer dan sekunder, baiklah berikut ini diberikan contoh. Misalnya kita ingin melihat bagaimana kehidupan petani di suatu desa pada tahun 1945-1950. Untuk menulis tema tersebut, kita mencari arsip. Misalnya kita menemukan arsip tentang jumlah petani   di desa tersebut pada tahun 1945-1950. Arsip yang kita temukan, ternyata ditulis dengan ketikan komputer dan dibuat di atas kertas HVS. Jelas bahwa sumber tersebut bukanlah sumber primer, karena bentuk ketikan yang digunakan tidak sezaman. Pada tahun 1945-1950 belum ada komputer. Jika data dalam sumber itu benar, maka dapat dimasukkan ke dalam sumber sekunder.


Dalam sumber lisan pun kita dapat membedakan sumber primer dan sekunder. Misalnya kita akan menulis pertempuran melawan Belanda di suatu kota pada masa revolusi. Untuk menulis peristiwa tersebut, kita mewawancarai orang yang pernah terlibat langsung dalam peristiwa tersebut. Kita menemukan misalnya seorang tentara yang sekarang sudah purnawirawan dan pernah ikut bertempur dalam peristiwa itu. Perwira yang kita wawancarai itu bisa dikatakan sebagai sumber primer. Apabila kita mewawancari anak perwira tersebut, dan anaknya tidak terlibat dalam peristiwa tersebut, tetapi mengetahuinya mungkin dari cerita ayahnya, maka anak perwira tersebut dapat dikategorikan ke dalam sumber sekunder.

Sumber-Sumber Sejarah Sumber tertulis


Penggunaan sumber tertulis dalam penelitian sejarah amatlah penting. Biasanya sumber tertulis dapat memberikan informasi aspek-aspek yang akan kita teliti, misalnya aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain- lain. Dilihat dari segi bentuknya, sumber tertulis dapat berbentuk tulisan yang tercetak dan tulisan yang masih ditulis tangan atau manuskrip.


Ada beberapa contoh sumber tertulis yang dapat dijadikan sumber penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut.

a. Laporan-laporan


Laporan yang lengkap akan banyak memberikan informasi yang penting bagi penelitian sejarah. Kita dapat menggunakan laporan, baik yang dibuat oleh lembaga resmi pemerintah maupun nonpemerintah. Biasanya, laporan dibuat setiap akhir tahun, sehingga dikenal sebagai laporan tahunan. Dalam laporan ini, biasanya lebih banyak berisi tentang data-data kuantitatif atau angka-angka, misalnya data angka jumlah penduduk, jumlah jenis-jenis pekerjaannya, angka kesehatan masyarakat, jumlah luas tanah, dan lain-lain. Dari angka-angka yang ada itu, kita bisa melihat bagaimana pasang surutnya
 
perkembangan penduduk. Biasanya dalam laporan resmi tidak begitu banyak penjelasan terhadap angka-angka tersebut, misalnya mengapa pada tahun- tahun tertentu pendapatan petani naik dan pada tahun-tahun tertentu juga pendapatan petani menurun. Dengan tidak lengkapnya penjelasan tersebut, memaksa kita untuk mencarinya dari sumber lain seperti notulen rapat, surat- surat, catatan pribadi, dan sumber-sumber pendukung lainnya.

Dalam membaca laporan-laporan pemerintah, kita harus lebih kritis. Sebab, biasanya terdapat laporan-laporan yang dibuat tidak berdasarkan data yang nyata di lapangan. Hal ini terjadi karena si pembuat laporan merasa malas untuk mengecek atau melihat ke lapangan atau membuat laporan asal jadi. Oleh sebab itulah, kita perlu melakukan cek silang dengan sumber-sumber lainnya.


Adapun laporan nonpemerintah, misalnya laporan perusahaan. Apabila kita ingin membuat sejarah suatu perusahaan, laporan tahunan perusahaan itu merupakan salah satu sumber yang berarti. Tiap tahun misalnya perusahaan membuat laporan keuangan, berapa keuntungan yang diperoleh, atau rugi yang diderita, berapa jumlah karyawan, dan laporan-laporan lainnya. Dengan adanya laporan tahunan perusahaan, kita akan mengetahui bagaimana perkembangan perusahaan dalam periode tertentu.

b. Notulen Rapat


Hal-hal yang menjadi materi pembicaraan rapat biasanya dicatat oleh salah seorang petugas. Catatan tersebut disebut notulen rapat. Notulen
 
rapat memberikan informasi yang berharga dalam penelitian sejarah, apalagi bila notulen rapat yang kita temukan itu masih dalam bentuk tulisan tangan si petugas penulis. Apabila kita menemukan bentuk notulen rapat yang demikian, maka itu termasuk sumber primer. Dalam notulen rapat, biasanya terdapat materi penting yang menjadi bahasan rapat. Misalnya kita menemukan notulen rapat sebuah partai pada tahun 1950. Berdasarkan notulen tersebut, kita dapat menulis sejarah politik.

c. Surat-surat


Surat biasanya dapat berupa tulisan yang singkat, dapat pula surat yang panjang dan ada lampirannya. Baik surat yang pendek maupun surat yang panjang merupakan sesuatu yang berharga dalam penelitian sejarah. Apabila kita menemukan surat yang ada lampirannya, maka kita kemungkinan akan menemukan banyak data atau informasi yang kita butuhkan dalam penelitian. Misalnya dalam penelitian tentang perubahan sosial desa 1950-1955, ditemukan adanya surat dari kepala desa kepada masyarakat yang berisi undangan rapat tentang program pengembangan pertanian desa.


Berdasarkan surat tersebut, kita bisa memberikan tafsiran bahwa perubahan sosial yang terjadi di desa itu karena adanya kerja sama antara pihak pemerintah dan masyarakat. Dengan adanya undangan rapat itu, menunjukkan bahwa pemerintah desa mendialogkan programnya dengan masyarakat. Mungkin pula kita menemukan surat yang berasal


dari masyarakat yang ditujukan kepada Kepala Desa. Dari surat yang seperti ini pun, kita bisa menjelaskan tentang hal yang diteliti. Misalnya surat itu berisi keluhan- keluhan masyarakat dalam melaksanakan program yang telah disepakati. Keluhan- keluhan itu misalnya banyak terjadi pencurian terhadap hasil-hasil pertanian dan ternak yang dipelihara, terjadinya serangan hama, permohonan bantuan pupuk, dan keluhan- keluhan lainnya. Berdasarkan surat ini, kita bisa memberikan tafsiran bahwa dalam melaksanakan program pengembangan pertanian terdapat pula hambatan-hambatan.

 

d. Surat Kabar


Dalam surat kabar biasanya banyak berita yang memuat tentang hal- hal yang terjadi di masyarakat. Berita-berita tersebut merupakan sumber yang berharga bagi peneliti sejarah. Peneliti sejarah dapat menyeleksi bagian mana dari berita itu yang dapat dijadikan sumber bagi penelitiannya, sebab surat kabar biasanya menyajikan berita yang beragam misalnya berita ekonomi, politik, budaya, sosial, pendidikan dan lain-lain. Apabila peneliti sejarah ingin meneliti sejarah ekonomi, maka berita ekonomi yang menjadi pilihannya untuk dijadikan sebagai sumber sejarah.

Berita yang disajikan oleh surat kabar yang satu dengan yang lainnya, kemungkinan akan menunjukkan suatu analisis yang beragam. Perbedaan ini disebabkan oleh kepentingan dari masing-masing penerbit surat kabar. Setiap surat kabar memiliki kepentingan atau misi untuk membentuk opini atau pendapat masyarakat. Surat kabar yang diterbitkan oleh pemerintah dan nonpemerintah tentu akan memiliki perbedaan dalam menilai suatu peristiwa. Apalagi surat kabar yang diterbitkan oleh partai politik, bisanya dijadikan sebagai alat untuk mempropagandakan program-program atau misi partai tersebut. 

Dalam menghadapi keragaman tersebut, seorang peneliti sejarah harus menyikapinya secara kritis. Dalam menggunakan surat kabar sebagai sumber sejarah, hendaknya peneliti sejarah dapat membedakan mana fakta dan opini. Fakta adalah kenyataan yang sesungguhnya terjadi atau ada, sedangkan opini merupakan penilaian terhadap fakta itu sendiri. Kalau sudah masuk dalam bentuk opini, maka subjektivitas akan sangat menonjol. Selain itu, peneliti sejarah sebaiknya juga dapat mengetahui siapa yang menerbitkan surat kabar tersebut, apakah pemerintah, partai politik, atau lembaga-lembaga lainnya. Dengan mengetahui siapa penerbitnya, diharapkan peneliti sejarah akan lebih mudah mengetahui maksud opini yang ditampilkan oleh surat kabar tersebut.

e. Catatan pribadi


Catatan pribadi adalah catatan yang dibuat oleh seorang individu yang menceritakan pengalamannya yang ia pandang penting untuk dicatat. Biasanya ada orang-orang tertentu yang memiliki kebiasaan untuk menulis pengalamannya. Bahkan yang ia catat bukan sekedar apa yang terjadi pada dirinya, tetapi mungkin mencatat pengalaman orang lain yang ia lihat. Misalnya Mohammad Hatta mencatat pengalamannya dalam bentuk memoar. Dalam memoarnya itu, kita bisa melihat bagaimana Mohammad Hatta berjuang menuju kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang ia catat bukan hanya pengalaman pribadinya, tetapi ia mencatat pula bagaimana perilaku pejuang lainnya dalam suatu peristiwa, misalnya ketika perumusan proklamasi.

Orang-orang tertentu memiliki kebiasaan untuk mencatat berbagai peristiwa yang ia anggap penting dalam catatan pribadinya atau sering disebut dengan buku catatan harian. Peristiwa-peristiwa penting itu baik yang menyangkut dirinya maupun orang lain. Catatan pribadi ini dapat memberikan informasi yang mungkin saja tidak terdapat dalam laporan-laporan resmi, misalnya laporan resmi pemerintah. Ada kemungkinan beberapa pejabat pemerintah memiliki catatan-catatan khusus pribadi mengenai kegiatan-kegiatan yang ia lakukan di departemennya. Misalnya catatan-catatan tentang rapat-rapat yang dilakukan. Mungkin saja informasi yang diberikan dalam catatan pribadi pejabat tidak tercantum dalam laporan resmi, sehingga akan banyak memberikan informasi. 

Dalam catatan pribadi, mungkin kita dapat menemukan informasi yang tersembunyi, misalnya tentang perbedaan pendapat di antara para pejabat tentang suatu keputusan pemerintah. Dalam laporan resmi pemerintah, kita tidak menemukan adanya perbedaan pendapat, tetapi dalam catatan harian kita menemukan berbagai argumen di antara para pejabat yang berbeda pendapat.
 

Ada pula dari catatan-catatan pribadi ini yang kemudian disusun oleh  si pemilik catatan tersebut menjadi sebuah autobiografi atau memoar. Dalam menghadapi sumber seperti ini, kita harus lebih kritis. Sebab, tidak menutup kemungkinan subjektivitas akan dominan. Si penulis memoar atau autobiografi akan lebih menonjolkan peran-peran pribadinya. Orang-orang lain yang memiliki peran, tidak banyak ditonjolkan. Sering sekali terjadi ketika autobiografi itu dipublikasikan bisa menimbulkan kontroversial, terutama dari orang-orang yang merasa tidak bisa menerima apa yang diuraikan dalam autobiografi atau memoar tersebut.


Dalam menggunakan catatan pribadi pun, kita tidak akan menggunakan seluruh informasi yang ada dalam catatan tersebut. Data yang kita cari dari catatan pribadi hanya data yang berkaitan dengan tema penelitian kita. Misalnya dari memoar Hatta, kita hanya mengambil bagian tentang perumusan proklamasi karena penelitian kita hanya bicara bagaimana sikap para pemuda dalam menghadapi proklamasi.

Sumber-Sumber Sejarah: Sumber lisan


Sumber lisan diperoleh melalui wawancara. Metode yang digunakan dalam pengumpulan sumber lisan tersebut dikenal sebagai Oral History. Data sejarah yang kita peroleh dalam sejarah lisan ialah apa yang ada dalam memori informan, baik sebagai saksi langsung maupun tidak langsung. Kebenaran sumber lisan ini sangat tergantung pada penuturan informan yang diwawancarai.
 
Dalam melakukan wawancara, dibutuhkan kemampuan teknik-teknik tertentu. Ketrampilan tersebut baik pada saat sebelum wawancara dilaksanakan maupun pada saat pelaksanaan. Peneliti sejarah terlebih dahulu harus memiliki persiapan yang matang sebelum wawancara dilaksanakan. Sebelum wawancara dilaksanakan, peneliti sejarah harus menguasai terlebih dahulu materi yang akan ditanyakan. 

Misalnya kita akan meneliti pertempuran menghadapi Belanda yang terjadi di suatu daerah pada masa revolusi. Kita harus tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan zaman revolusi, bagaimana gambaran umum zaman revolusi, dan lain-lain. Dengan pengetahuan seperti ini, diharapkan wawancara yang kita lakukan akan lebih mendalami pengetahuan yang sebelumnya telah diketahui.
 

Agar wawancara yang dilakukan lebih terarah, maka sebaiknya terlebih dahulu kita harus membuat daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan ini menjadi pedoman ketika kita akan melakukan wawancara. Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan sebelum wawancara dilaksanakan adalah alat perekam yang akan digunakan. Persiapkan alat perekam dengan baik, apakah berfungsi ataukah tidak? Jangan sampai ketika kita melakukan wawancara ternyata alat perekamnya tidak berfungsi. Apabila hal ini terjadi, maka wawancara yang kita lakukan menjadi sia-sia.


Sebaiknya orang yang kita wawancarai lebih banyak mengungkapkan fakta, bukan interpretasi dia terhadap fakta. Kalau interpretasi yang diungkapkan, maka hal itu akan menimbulkan subjektivitas yang tinggi terhadap sumber sejarah. Misalnya kita akan meneliti tentang perjuangan masyarakat di suatu desa dalam melawan pendudukan Belanda pada masa revolusi. Dalam mewancarai tokoh yang terlibat pada masa itu, kita tidak perlu menanyakan bagaimana penilaian tokoh tersebut terhadap peran tokoh-tokoh yang lainnya, apakah tokoh lainnya itu baik atau tidak. Tetapi yang kita tanyakan adalah bagaimana proses perlawanan itu terjadi, di mana, kapan, dan siapa-siapa saja yang terlibat. Biarkanlah tokoh tersebut mengisahkannya sendiri.


Sebagaimana telah dikemukan, terhadap sumber lisan harus dilakukan kritik. Kritik yang dilakukan terhadap sumber ini ialah untuk melihat kebenaran fakta yang diungkapkan oleh informan. Langkah yang dilakukan untuk menilai keabsahan sumber tersebut adalah dengan melakukan cek silang (cross check). Oleh sebab itu, dalam wawancara sebaiknya tidak hanya dilakukan terhadap satu orang informan saja, tetapi dilakukan terhadap beberapa informan. Cara seperti ini dilakukan untuk memudahkan cek silang. Peneliti melakukan perbandingan antara apa yang dituturkan oleh seorang informan dengan informan yang lainnya.


Pengujian keabsahan sumber tidak hanya dilakukan dengan cek silang antar-informan. Peneliti dapat menguji keabsahan apa yang disampaikan oleh penutur dengan sumber tertulis, misalnya dengan arsip. Mungkin saja arsip akan memberikan informasi yang berbeda dengan informan mengenai suatu peristiwa yang sama.


Penggunaan sumber lisan pada dasarnya apabila kita menganggap kurang sumber data yang diperoleh melalui sumber tertulis. Misalnya kita meneliti perlawanan pada masa revolusi, dalam arsip tidak mencantumkan kapan peristiwa itu terjadi dan berapa korban dari pihak republik. Untuk mengetahui hal tersebut, maka kita melakukan wawancara terhadap orang yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut.


Daya ingat yang dimiliki oleh informan merupakan kelemahan utama dalam penggunaan sumber lisan. Semakin jauh jarak peristiwa dengan usia informan, maka kemungkinan sumber itu kurang valid. Informan kemungkinan lupa terhadap peristiwa yang ia alami. Selain kelupaan, subjektivitas informan merupakan bagian dari kelemahan sumber lisan. Biasanya ada informan yang menyampaikan informasinya lebih banyak menonjolkan tentang peran dirinya. Oleh sebab itu, kita harus bersikap kritis terhadap sumber lisan.

Demikianlah penjelasan tentang sumber-sumber sejarah. Semoga penjelasan tentang sumber-sumber sejarah ini dapat bermanfaat.

Share:

Categories

Ordered List

  1. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  2. Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  3. Vestibulum auctor dapibus neque.

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Definition List

Definition list
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Lorem ipsum dolor sit amet
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

Pages