• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

Persebaran manusia di Kepulauan Indonesia sangatlah tergantung pada situasi iklim yang berubah dari setiap zaman. Pada kala pleistosen, di bumi terjadi empat kali masa glasial dan tiga kali masa interglasial. Pada zaman glasial, suhu bumi makin dingin sehingga sebagian besar belahan bumi utara dan selatan tertutup oleh lapisan es tebal. Permukaan air laut menurun dan laut yang dangkal ini berubah menjadi daratan. 

Kondisi demikian memungkinkan bagi manusia ataupun hewan yang hidup pada masa itu melakukan migrasi. Migrasi atau perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain dilatarbelakangi oleh upaya untuk mempertahankan hidup. Selain didorong untuk mencari daerah yang lebih nyaman dan hangat, perpindahan dilakukan juga untuk mencari daerah- daerah yang masih sangat kaya akan sumber makanan. 

Pada saat itu manusia sangat tergantung pada alam. Dengan keterbatasan pemikiran dan kemampuan, mereka menyandarkan hidup sepenuhnya pada alam. Apabila alam tempatnya hidup sudah tidak lagi menyediakan sumber makanan, maka mereka berpindah ke tempat yang masih kaya akan sumber makanan. Manusia pada masa ini masih bersifat food gathering yang artinya kemampuannya hanya terbatas pada mengumpulkan bahan makanan yang tersedia di alam dan belum pada taraf food producing, yaitu kemampuan untuk mengolah alam sehingga menghasilkan sumber makanan atau dalam hal ini kemampuan bercocok tanam.

Para ahli geologi memperkirakan bahwa pada kala pleistosen khususnya ketika terjadinya glasiasi, Kepulauan Nusantara ini bersatu dengan daratan Asia. Laut dangkal yang ada di antara pulau-pulau di Nusantara bagian barat surut sehingga membentuk paparan yang disebut dengan Paparan Sunda yang menyatukan Indonesia bagian barat dengan daratan Asia. 

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia bagian timur. Di daerah ini terbentuk paparan yang kemudian dinamakan Paparan Sahul yang menyatukan Indonesia bagian timur dengan daratan Australia. Adanya Paparan Sunda memungkinkan terjadinya perpindahan manusia dan hewan dari daratan Asia ke Indonesia bagian barat, atau sebaliknya. Adapun Paparan Sahul memungkinkan terjadinya perpindahan manusia dan hewan dari daratan Australia ke Indonesia bagian timur, atau sebaliknya.

Hal di atas dibuktikan dengan hasil kajian yang dikembangkan oleh Wallace yang menyelidiki tentang persebaran fauna (zoogeografi) di Kepulauan Indonesia. Fauna yang terdapat di daerah Paparan Sunda, yaitu daerah- daerah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, mempunyai persamaan dengan fauna yang terdapat di Daratan Asia. Adapun fauna yang terdapat di daerah Paparan Sahul, yaitu daerah Papua (Irian) dan sekitarnya mempunyai persamaan dengan fauna yang terdapat di Australia. 

Wallace menyimpulkan bahwa Selat Lombok merupakan garis yang membagi dua jenis daerah zoogeografi di Indonesia. Di sebelah barat garis tersebut terdapat fauna Asia, sedangkan di timurnya terdapat fauna Australia. “Garis pemisah” fauna ini kemudian oleh Huxley diberi nama “garis Wallace”. Selanjutnya ia kemudian melengkapi dengan menarik garis itu lebih jauh ke arah utara, yaitu dimulai dari Selat Lombok sampai Selat Makasar dan terus lagi ke utara melewati selat antara Kepulauan Sangir dan Mindanao (Filipina).

Terhubungnya pulau-pulau akibat pengesan yang terjadi pada masa glasial memungkinkan terjadinya migrasi manusia dan fauna dari daratan Asia ke kawasan Nusantara. Berdasarkan hasil penelitian, migrasi ini didahului oleh perpindahan binatang yang kemudian diikuti oleh manusia dan diperkirakan terjadi pada kala pleistosen. 

Sebagai bukti adanya proses migrasi awal binatang dari daratan Asia ke wilayah Indonesia ialah ditemukannya situs paleontologi tertua di daerah Bumiayu yang terletak di sebelah selatan Tegal (Jawa Tengah) dan Rancah di sebelah timur Ciamis (Jawa Barat). Fosil tersebut, yaitu Mastodon Bumiayuensis (spesies gajah) dan Rhinoceros Sondaicus (spesies Badak). Bila dibandingkan dengan fosil binatang di daratan Asia, fosil-fosil tersebut berumur lebih muda dari fosil-fosil yang terdapat dalam kelompok fauna Siwalik di India.

Proses migrasi yang terjadi pada masa pleistosen ini menyebabkan wilayah Nusantara mulai dihuni oleh manusia. Timbul pertanyaan tentang asal-usul manusia yang bermigrasi ke wilayah Nusantara ini. Menilik dari segi fisik manusia Indonesia sekarang ini, mayoritas dapat dikelompokkan ke dalam ras Mongoloid dan Austroloid. Para ahli memperkirakan bahwa pada sekitar abad ke-40 sebelum masehi, Pulau Jawa merupakan daerah pertemuan dari beberapa ras dan daerah pertemuan kebudayaan.

Ciri-ciri Mongoloid yang terdapat pada manusia Indonesia, nampaknya disebabkan adanya arus migrasi yang berasal dari daratan Asia. Kedatangan mereka pada akhirnya menyingkirkan manusia yang sudah hidup sebelumnya di tanah Nusantara, yaitu dari ras yang disebut Austroloid. Bangsa pendatang dari Asia ini mempunyai kebudayaan dan tingkat adaptasi yang lebih baik sebagai pemburu dibandingkan dengan manusia pendahulunya. Keturunan dari ras Austroloid ini nampaknya tidak ada yang dapat hidup di Jawa, tetapi mereka saat ini dapat ditemukan sebagai suku Anak Dalam atau Kubu di Sumatera Tengah dan Indonesia bagian timur.

Arus migrasi para pendatang dari wilayah Asia ke Kepulauan Nusantara terjadi secara bertahap. Pada sekitar 3.000 - 5.000 tahun lalu, tiba arus pendatang yang disebut proto-Malays (Proto Melayu) ke Pulau Jawa. Keturunan mereka saat ini dapat dijumpai di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat, Tengger di Jawa Timur, Dayak di Kalimantan, dan Sasak di Lombok. Setelah itu, tibalah arus pendatang yang disebut Austronesia atau Deutero- Malays (Detro Melayu) yang diperkirakan berasal dari Taiwan dan Cina Selatan. 

Para ahli memperkirakan kedatangan mereka melalui laut dan sampai di Pulau Jawa sekitar 1.000 - 3.000 tahun lalu. Sekarang keturunannya banyak tinggal di Indonesia sebelah barat. Orang Detro Melayu ini datang ke wilayah Nusantara dengan membawa keterampilan dan keahlian bercocok tanam padi, pengairan, membuat barang tembikar/pecah-belah, dan kerajinan dari batu.

Seorang ahli bahasa, yaitu H. Kern, melalui hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat keserumpunan bahasa-bahasa di Daratan Asia Tenggara dan Polinesia. Menurut pendapatnya, tanah asal orang-orang yang mempergunakan bahasa Austronesia, termasuk bahasa Melayu, harus dicari di daerah Campa, Vietnam, Kamboja, dan daratan sepanjang pantai sekitarnya. 

Hal ini menimbulkan dugaan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Cina Selatan yaitu di daerah Yunan. Selain itu, R. von Heine Geldern yang melakukan penelitian tentang distribusi dan kronologi beliung dan kapak lonjong yang ada di Indonesia tiba pada kesimpulan bahwa alat-alat tersebut merupakan hasil persebaran komplek kebudayaan Bacson-Hoabinh yang ada di daerah Tonkin (Indocina) atau Vietnam sekarang ini.

Sebenarnya terdapat beberapa teori yang membahas tentang asal-usul manusia yang sekarang menghuni wilayah Nusantara ini. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Teori Yunan

Teori ini didukung oleh beberapa sarjana seperti R.H Geldern, J.H.C Kern, J.R Foster, J.R Logen, Slametmuljana, dan Asmah Haji Omar. Secara keseluruhan, alasan-alasan yang menyokong teori ini yaitu sebagai berikut.

1) Kapak Tua yang ditemukan di wilayah Nusantara memiliki kemiripan dengan Kapak Tua yang terdapat di Asia Tengah. Hal ini menunjukkan adanya migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.


2) Bahasa Melayu yang berkembang di Nusantara serumpun dengan bahasa yang ada di Kamboja. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kamboja mungkin berasal dari Dataran Yunan dengan menyusuri Sungai Mekong. Arus perpindahan ini kemudian dilanjutkan ketika sebagian dari mereka melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara. Kemiripan bahasa Melayu dengan bahasa Kamboja sekaligus menandakan pertaliannya dengan Dataran Yunan.

 
Teori ini merupakan teori yang paling populer dan diterima oleh banyak kalangan. Berdasarkan teori ini, orang-orang Nusantara datang dan berasal dari Yunan. Kedatangan mereka ke Kepulauan Nusantara ini melalui tiga gelombang utama, yaitu perpindahan orang Negrito, Melayu Proto, dan juga Melayu Deutro.

1) Orang Negrito
 

Orang Negrito merupakan penduduk paling awal di Kepulauan Nusantara. Mereka diperkirakan sudah mendiami kepulauan ini sejak 1000 SM. Hal ini didasarkan pada hasil penemuan arkeologi di Gua Cha, Kelantan, Malaysia. Orang Negrito ini kemudian menurunkan orang Semang, yang sekarang banyak terdapat di Malaysia. Orang Negrito mempunyai ciri-ciri fisik berkulit gelap, berambut keriting, bermata bundar, berhidung lebar, berbibir penuh, serta ukuran badan yang pendek.

2) Melayu Proto

Perpindahan orang Melayu Proto ke Kepulauan Nusantara diperkirakan terjadi pada 2.500 SM. Mereka mempunyai peradaban yang lebih maju daripada orang Negrito. Hal ini ditandai dengan kemahirannya dalam bercocok tanam.

3) Melayu Deutro

Perpindahan orang Melayu Deutro merupakan gelombang perpindahan orang Melayu kuno kedua yang terjadi pada 1.500 SM. Mereka merupakan manusia yang hidup di pantai dan mempunyai kemahiran dalam berlayar.

b. Teori Nusantara

Teori ini menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal dari luar melainkan mereka sudah hidup dan berkembang di wilayah Nusantara itu sendiri. Teori ini didukung oleh sarjana- sarjana seperti J. Crawford, K. Himly, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Gorys Keraf. Akan tetapi, nampaknya teori ini kurang populer dan kurang banyak diterima oleh masyarakat.

Teori Nusantara didasarkan pada alasan-alasan seperti di bawah ini.

1) Bangsa Melayu dan bangsa Jawa mempunyai tingkat peradaban yang tinggi. Taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan budaya yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa orang Melayu tidak berasal dari mana- mana, tetapi berasal dan berkembang di Nusantara.
 

2. K. Himly tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa bahasa Melayu serumpun dengan bahasa Champa (Kamboja). Baginya, persamaan yang berlaku di kedua bahasa tersebut adalah suatu fenomena yang bersifat “kebetulan”.
 

3. Manusia kuno Homo Soloensis dan Homo Wajakensis yang terdapat di Pulau Jawa. Penemuan manusia kuno ini di Pulau Jawa menunjukkan adanya kemungkinan orang Melayu itu keturunan dari manusia kuno tersebut, yakni berasal dari Jawa.


4. Bahasa yang berkembang di Nusantara yaitu rumpun bahasa Austronesia, mempunyai perbedaan yang sangat jauh dengan bahasa yang berkembang di Asia Tengah yaitu bahasa Indo-Eropah.

c. Teori out of Africa

Hasil penelitian mutakhir/kontemporer menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang ini berasal dari Afrika. Setelah mereka berhasil melalui proses evolusi dan mencapai taraf manusia modern, kemudian mereka bermigrasi ke seluruh benua yang ada di dunia ini. Apabila kita bersandar pada teori ini, maka bisa dikatakan bahwa manusia yang hidup di Indonesia sekarang ini merupakan hasil proses migrasi manusia modern yang berasal dari Afrika tersebut.


Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia atau khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak mempunyai hubungan langsung dengan manusia modern. Dengan demikian, nampaknya jenis-jenis manusia purba yang pernah hidup di Indonesia khususnya Jawa, seperti Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, dan sebagainya telah mengalami kepunahan. Mereka pada akhirnya digantikan oleh komunitas manusia yang berasal dari Afrika yang melakukan proses migrasi hingga sampai di Kepulauan Nusantara. Nampaknya teori ini perlu terus dikaji dan disosialisasikan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat.


Namun Homo Erectus yang pernah tinggal di Pulau Jawa mempunyai sejarah menarik karena dapat bertahan sekitar 250.000 tahun lebih lama dari jenis yang sama yang tinggal di tempat lain di Asia, bahkan mungkin bertahan sekitar 1 juta tahun lebih lama dari yang tinggal di Afrika. Umur fosil Homo Erectus terakhir yang ditemukan di Ngandong dan Sambungmacan (Jawa Tengah) sekitar 30.000 sampai 50.000 tahun. Homo Erectus (“java man”) di Pulau Jawa diduga pernah hidup dalam waktu yang bersamaan dengan Homo Sapiens (manusia modern).


Sampai saat ini, penyebab kepunahan “java man” masih misteri. Diduga salah satu penyebabnya ialah karena keterbatasan strategi hidup mereka.
 
Tidak ditemukannya peralatan dari batu (misalnya untuk membelah daging atau untuk berburu) di sekitar fosil mereka menunjukkan bahwa kehidupannya masih sangat primitif. Diduga mereka memakan daging dari binatang yang telah mati (scavenger). Kolonisasi Homo Sapiens yang berasal dari Afrika berhasil, karena mereka punya strategi hidup yang lebih baik dibanding penduduk asli Homo Erectus.



Share:

Penemuan Manusia Purba di Indonesia

Penemuan Manusia Purba di Indonesia


Indonesia termasuk salah satu negara tempat ditemukannya manusia purba. Penemuan manusia purba di Indonesia dapat dilakukan berdasarkan fosil-fosil yang telah ditemukan. Fosil adalah tulang belulang, baik binatang maupun manusia, yang hidup pada zaman purba yang usianya sekitar ratusan atau ribuan tahun. Adapun untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia purba pada saat itu, yaitu dengan cara mempelajari benda-benda peninggalannya yang biasa disebut dengan artefak.
 
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir sama dengan manusia purba yang ditemukan di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di beberapa tempat, khususnya di Jawa. Penemuan fosil manusia purba di Indonesia terdapat pada lapisan pleistosen. Salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia hampir memiliki kesamaan dengan yang ditemukan di Peking Cina, yaitu jenis Pithecanthropus Erectus.


Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan. Sekitar abad ke-19 para sarjana dari luar meneliti manusia purba di Indonesia. Sarjana pertama yang meneliti manusia purba di Indonesia ialah Eugene Dubois seorang dokter dari Belanda. Dia pertama kali mengadakan penelitian di gua-gua di Sumatera Barat. Dalam penyelidikan ini, ia tidak menemukan kerangka manusia. Kemudian dia mengalihkan penelitiannya di Pulau Jawa. Pada tahun 1890, E. Dubois menemukan fosil yang ia beri nama Pithecanthropus Erectus di dekat Trinil, sebuah desa di Pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun).


E. Dubois pertama-tama menemukan sebagian rahang. Kemudian pada tahun berikutnya kira-kira 40 km dari tempat penemuan pertama, ditemukan sebuah geraham dan bagian atas tengkorak. Pada tahun 1892, beberapa meter dari situ ditemukan sebuah geraham lagi dan sebuah tulang paha kiri. Untuk membedakan apakah fosil itu, fosil manusia atau kera, E.Dubois memperkirakan isi atau volume otaknya. Volume otak dari fosil yang ditemukan itu, diperkirakan 900 cc. 

Manusia biasa memiliki volume otak lebih dari 1000 cc, sedangkan jenis kera yang tertinggi hanya 600 cc. Jadi, fosil yang ditemukan di Trinil merupakan makhluk di antara manusia dan kera. Bentuk fisik dari makhluk itu ada yang sebagian menyerupai kera, dan ada yang menyerupai manusia. Oleh karena bentuk yang demikian, maka E. Dubois memberi nama Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak (pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak). Jika makhluk ini kera, tentu lebih tinggi tingkatnya dari jenis kera, dan jika makhluk ini manusia harus diakui bahwa tingkatnya lebih rendah dari manusia (Homo).
 

Sebelum menemukan fosil tempurung kepala (cranium) dan tulang paha tengah (femur), Dubois memulai pencariannya dengan berlandaskan pada tiga teori. Ketiga dasar teori tersebut selain digunakan sebagai acuan akademik sekaligus untuk meyakinkan pemerintah kolonial Belanda, bahwa pencarian missing link dalam mempelajari evolusi manusia penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.


Perhatikanlah tiga landasan teori yang dikemukakan oleh Dubois. Pertama, seperti halnya dengan Darwin, Dubois percaya bahwa evolusi manusia berasal dari daerah tropika. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya rambut pada tubuh manusia purba yang hanya dapat ditoleransi di daerah tropika yang hangat. Kedua, Dubois mencatat bahwa dalam dunia binatang, pada umumnya mereka tinggal di daerah geografi yang sama dengan asal nenek moyangnya. Dari segi biologi, binatang yang paling mirip dengan manusia ialah kera besar. Sehingga nenek moyang kera besar diduga mempunyai hubungan kekerabatan (kinship) yang dekat dengan manusia. Charles Darwin dalam bukunya The Descent of Man (1871) mengatakan, manusia lebih dekat dengan kera besar di Afrika seperti gorila dan simpanse. 

Dalam hal ini Dubois berbeda dengan Darwin, ia percaya bahwa Asia Tenggara merupakan asal-usul manusia karena di sana ada orangutan dan siamang. Menurut Dubois, juga didukung oleh beberapa ahli seperti Wallace dan Lyell, orangutan dan siamang lebih dekat hubungannya dengan manusia dibanding gorila dan simpanse. Alasan ketiga, Dubois mengikuti perkembangan penemuan fosil rahang atas dari sejenis kera seperti manusia yang ditemukan di Bukit Siwalik, India pada tahun 1878. Kalau di India ditemukan fosil semacam itu, maka terbuka kemungkinan penemuan fosil selanjutnya di Jawa.
 
Berlandaskan ketiga dasar teori tersebut dan setelah mendapat dukungan dari pemerintah Hindia Belanda, maka Dubois memulai usaha pencariannya. Keberhasilan kedua adalah ditemukannya fosil “java man” atau Pithecanthropus Erectus, sekarang lebih dikenal dengan nama Homo Erectus di Trinil (Jawa Timur). Saat ini Homo Erectus dipercaya merupakan salah satu kerabat dekat manusia modern (Homo Sapiens). Berdasarkan analisis para ahli dari Berkeley dengan menggunakan metode mutakhir argon-40/argon-39 (laser-incremental heating analysis), diduga umur fosil tersebut sekitar 1 juta tahun.


Walau begitu, ada juga kegagalan Dubois yang dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan menjadi bermakna. Salah satu kelemahan teori Dubois adalah di missing link, yang menyebutkan mata rantai kera- manusia telah terjawab dengan ditemukannya “java man”. Pendapat itu keliru karena penemuan-penemuan selanjutnya fosil manusia purba di Sangiran (Jawa Tengah), Mojokerto (Jawa Timur), juga di Cina dan Tanzania ternyata jauh lebih tua sekitar 500.000 sampai 750.000 tahun dibanding temuannya.


Selain itu, ada kesalahan teori Dubois mengenai volume otak yang meningkat 2 kali lipat sebanding dengan peningkatan ukuran tubuh. Menurut Dubois volume otak fosil “java man” sekitar 700 cc, kurang lebih setengah dari volume otak manusia modern yang sekitar 1.350 cc. Teori tersebut runtuh karena volume otak “java man” berdasarkan penghitungan yang lebih akurat adalah sekitar 900 cc. Sebagai pembanding pada kera besar yang ada sekarang, simpanse misalnya, volume otaknya sekitar 400 cc. “Java man” terlalu pandai untuk mengisi missing link kera-manusia, ia lebih tepat disebut manusia purba.


Penemuan fosil manusia purba yang telah dilakukan oleh Dubois pada akhirnya mendorong penemuan-penemuan selanjutnya yang dilakukan oleh para peneliti lainnya. Pada tahun 1907-1908, dilakukan upaya penyelidikan dan penggalian yang dipimpin oleh Selenka di daerah Trinil (Jawa Timur). Penggalian yang dilakukan oleh Selenka memang tidak berhasil menemukan fosil manusia. Akan tetapi upaya penggaliannya telah berhasil menemukan fosil-fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dapat memberikan dukungan untuk menggambarkan lingkungan hidup manusia Pithecanthropus.


G.H.R von Koenigswald mengadakan penelitian dari tahun 1936 sampai 1941 di daerah sepanjang Lembah Sungai Solo. Pada tahun 1936 Koenigswald menemukan fosil tengkorak anak-anak di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak tersebut, diperkirakan usia anak tersebut belum melebihi 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut merupakan tengkorak anak dari Pithecanthropus Erectus, tetapi von Koenigswald menyebutnya Homo Mojokertensis.
 
Pada tahun-tahun selanjutnya, von Koenigswald banyak menemukan bekas-bekas manusia prasejarah, di antaranya bekas-bekas Pithecanthropus lainnya. Di samping itu, banyak pula didapatkan fosil-fosil binatang menyusui. Berdasarkan atas fauna (dunia hewan), von Koeningswald membagi diluvium Lembah Sungai Solo (pada umumnya diluvium Indonesia) menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan Jetis (pleistosen bawah), di atasnya terletak lapisan Trinil (pleistosen tengah) dan paling atas ialah lapisan Ngandong (pleistosen atas).


Pada setiap lapisan itu ditemukan jenis manusia purba. Pithecanthropus Erectus penemuan E. Dubois terdapat pada lapisan Trinil, jadi dalam lapisan pleistosen tengah. Pithecanthropus lainnya ada yang di pleistosen tengah dan ada yang di pleistosen bawah. Di plestosen bawah terdapat fosil manusia purba yang lebih besar dan kuat tubuhnya daripada Pithecanthropus Erectus, dan dinamakan Pithecanthropus Robustus. Dalam lapisan pleistosen bawah terdapat pula Homo Mojokertensis, kemudian disebut pula Pithecanthropus Mojokertensis.

Jenis Pithecanthropus memiliki tengkorak yang tonjolan keningnya tebal. Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol. Mereka hidup antara 2 setengah sampai 1 setengah juta tahun yang lalu. Hidupnya dengan memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pithecanthropus masih hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka belum pandai memasak, sehingga makanan dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu. Sebagian mereka masih tinggal di padang terbuka, dan ada yang tewas dimakan binatang buas. Oleh karenanya, mereka selalu hidup secara berkelompok.


Pada tahun 1941, von Koeningwald di dekat Sangiran Lembah Sungai Solo juga, menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Tidak ada dagunya. Von Koeningwald menganggap makhluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Makhluk ini ia beri nama Meganthropus Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.


Von Koenigswald dan Wedenreich kembali menemukan sebelas fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong Lembah Bengawan Solo. Sebagian dari jumlah itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Pada semua tengkorak itu, tidak ada lagi tulang rahang dan giginya. Von Koeningswald menilai hasil temuannya ini merupakan fosil dari makhluk yang lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan sebagai manusia. Makhluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari Solo).
 
Pada tahun 1899 ditemukan sebuah tengkorak di dekat Wajak sebuah desa yang tak jauh dari Tulungagung, Kediri. Tengkorak ini ini disebut Homo Wajakensis. Jenis manusia purba ini tinggi tubuhnya antara 130 – 210 cm, dengan berat badan kira-kira 30 – 150 kg. Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol. Dahinya masih menonjol, walaupun tidak seperti Pithecanthropus. Manusia ini hidup antara 25.000 sampai dengan 40.000 tahun yang lalu. 

Di Asia Tenggara juga terdapat jenis ini. Tempat-tempat temuan yang lain ialah di Serawak (Malaysia Timur), Tabon (Filipina), juga di Cina Selatan. Homo ini dibandingkan jenis sebelumnya sudah mengalami kemajuan. Mereka telah membuat alat-alat dari batu maupun tulang. Untuk berburu mereka tidak hanya mengejar dan menangkap binatang buruannya. Makanannya telah dimasak, binatang-binatang buruannya setelah dikuliti lalu dibakar. Umbian-umbian merupakan jenis makanan dengan cara dimasak. 

Walaupun masakannya masih sangat sederhana, tetapi ini menunjukkan adanya kemajuan dalam cara berpikir mereka dibandingkan dengan jenis manusia purba sebelumnya. Bentuk tengkorak ini berlainan dengan tengkorak penduduk asli bangsa Indonesia, tetapi banyak persamaan dengan tengkorak penduduk asli benua Australia sekarang. Menurut Dubois, Homo Wajakensis termasuk dalam golongan bangsa Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurunkan bangsa-bangsa asli di Australia.
 

Menurut von Koenigswald, Homo Wajakensis seperti juga Homo Solensis berasal dari lapisan bumi pleistosin atas dan mungkin sekali sudah termasuk jenis Homo Sapiens, yaitu manusia purba yang sudah sempurna mirip dengan manusia. Mereka telah mengenal penguburan pada saat meninggal. Berbeda dengan jenis manusia purba sebelumnya, yang belum mengenal cara penguburan.


Selain di Indonesia, manusia jenis Pithecanthropus juga ditemukan di belahan dunia lainnya. Di Asia, Pithecanthropus ditemukan di daerah Cina, di Cina Selatan ditemukan Pithecanthropus Lautianensis dan di Cina Utara ditemukan Pithecanthropus Pekinensis. Diperkirakan mereka hidup berturut-turut sekitar 800.000 – 500.000 tahun yang lalu. Di Benua Afrika, fosil jenis manusia Pithecanthropus ditemukan di daerah Tanzania, Kenya dan Aljazair. Sedangkan di Eropa fosil manusia Pithecanthropus ditemukan di Jerman, Perancis, Yunani, dan Hongaria. Akan tetapi, penemuan fosil manusia Pithecanthropus yang terbanyak yaitu di daerah Indonesia dan Cina.


Di Australia Utara ditemukan fosil yang serupa dengan manusia jenis Homo Wajakensis yang terdapat di Indonesia. Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita, sebuah rahang bawah, dan sebuah rahang atas dari manusia purba yang ditemukan di Australia itu sangat mirip dengan manusia Wajak. Apabila menilik peta Indonesia yang terbentuk pada masa glasial,
 
memperlihatkan bahwa pulau Jawa bersatu dengan daratan Asia dan bukan dengan Australia. Oleh karena itu, diperkirakan manusia Wajak ini bermigrasi ke Australia dengan menggunakan jembatan penghubung. Diduga mereka telah memiliki keterampilan untuk membuat perahu serta mengarungi sungai dan lautan, sehingga akhirnya sampai di daratan Australia.


Setelah masa penjajahan Belanda selesai, penelitian manusia purba dilanjutkan oleh orang Indonesia sendiri. Pada tahun 1952 penelitian dimulai. Penelitian ini terutama dilakukan oleh dokter dan geolog yang kebetulan harus meneliti lapisan-lapisan tanah. Seorang dokter dari UGM yang mengkhususkan dirinya pada penyelidikan tersebut adalah Prof. Dr. Teuku Jacob. Dia memulai penyelidikannya di daerah Sangiran. Penelitian ini kemudian meluas ke Bengawan Solo.

Share:

Pengaruh Peradaban Kuno pada Masyarakat Indonesia

Pengaruh Peradaban Kuno pada Masyarakat Indonesia


Masuknya peradaban dunia ke Indonesia terjadi sejak abad pertama masehi, suatu masa ketika bangsa Indonesia mulai berinteraksi dengan bangsa asing. Bangsa asing datang ke Indonesia melalui pelayaran. Peradaban dunia yang berkembang memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Penyebaran pengaruh tersebut dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung yaitu dengan cara bangsa-bangsa asing tersebut datang ke Indonesia dan berinteraksi dengan bangsa Indonesia. 

Adapun pengaruh tidak langsung yaitu aspek-aspek kehidupan dari peradaban bangsa asing dibawa oleh bangsa lain yang datang ke Indonesia, artinya datang ke Indonesia melalui perantara bangsa lain.
Berikut ini akan diberikan contoh beberapa pengaruh peradaban dunia terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia.

1. Peradaban Mesir


Beberapa pengaruh peradaban Mesir terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Tulisan Mesir Purba berkembang keluar dan disederhanakan oleh orang Funisia. Tulisan itu kemudian diajarkan kepada orang Yunani dan tersebar di Romawi. Setelah itu, berkembang menjadi tulisan latin yang digunakan oleh bangsa Indonesia.

b. Kepercayaan pada jalangkung, yaitu upacara menghadirkan roh dan ilmu hipnotis, pada awalnya berkembang di Mesir Kuno.

c. Menurut teori difusi kebudayaan, teknologi bangunan-bangunan besar, seperti piramida, menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke Indonesia dengan dibangunnya Candi Borobudur.

2. Peradaban Lembah Sungai Indus


Beberapa pengaruh peradaban Lembah Sungai Indus terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Pembakaran dupa dan kemenyan ketika akan melakukan upacara.

b. Keyakinan tentang zimat atau benda yang mempunyai kesaktian tertentu.

c. Keyakinan pada batara kala, upacara ruatan.

d. Pengagungan pada cerita Ramayana dan Mahabharata dalam cerita wayang

e. Upacara wedalan (hari lahir), sekaten, penanggalan Hindu, hari pasaran, perhitungan wuku, dan upacara-upacara setelah kematian seseorang.

f. Banyaknya kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta dan Pali.

g. Olahraga pernapasan, yaitu yoga.
 
h. Islam yang berkembang di Indonesia berasal dan dipengaruhi budaya India. Hal itu dibuktikan dengan melihat hal-hal berikut: 1) batu kubur atau nisan Sultan Malik As Saleh terbuat dari batu marmer yang memiliki corak yang sama dengan yang ada di India pada abad ke-13, 2) relief yang terdapat dalam makam Sultan Malik As Saleh memiliki corak yang sama dengan yang ada di kuil Cambay India, serta 3) adanya unsur- unsur Islam yang menunjukkan persamaan dengan India, salah satunya cerita atau hikayat tentang nabi dan pengikutnya sangat jauh dari cerita- cerita Arab, tetapi malah lebih mirip dengan cerita dari India.

3. Peradaban Mesopotamia


Pengaruh peradaban Mesopotamia terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Upacara baptis dan menyalakan lilin masuk ke dalam ajaran Nasrani dan digunakan oleh umat Kristen Indonesia.

b. Kepercayaan pada singa jadi-jadian dan serigala jadi-jadian berasal dari kepercayaan bangsa Assyria.

c. Kepercayaan pada angka 17 dan 13 berasal dari ajaran agama Phunisia sebagai angka keburuntungan dan angka sial.

d. Islam yang datang ke Indonesia diperkirakan dipengaruhi oleh budaya Persia. Teori ini disampaikan oleh Oemar Amin Husein dan Husen Joyodiningrat yang menyodorkan bukti: 1) di Persia terdapat suku yang bernama Leran, dan di Gresik terdapat suatu kampung yang bernama Leran, maka diperkirakan suku Leran pernah datang dan menyebarkan Islam di Indonesia; 2) di Persia terdapat suku Jawi, suku Jawi datang  ke Indonesia dan mengajarkan huruf Pegon yang banyak terdapat di Jawa; 3) adanya istilah jabar dan jeer dari bahasa Iran; 4) adanya upacara Tabut di Minangkabau untuk memperingati wafatnya Hasan dan Husein. Istilah Tabut digunakan di Iran untuk menyebut bulan Muharam. Di Indonesia pun berkembang paham Islam Syiah yang merupakan pengaruh dari Persia atau Iran dan Irak sekarang.

4. Peradaban Cina


Pengaruh peradaban Cina terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Kepercayaan tentang nasib dan peruntungan yang didasarkan pada kejadian yang terjadi pada tubuh, seperti bentuk garis tangan dan bentuk-bentuk alat tubuh lainnya.
 
b. Islam yang datang ke Indonesia di antaranya berasal dari Cina. Hal ini terjadi terutama pada masa Dinasti Tang dan Ming.

c. Makanan-makanan Indonesia banyak yang berasal dari Cina, seperti mie, bihun, capcay, tahu, kecap, dan sebagainya.

5. Peradaban Yunani dan Romawi


Sisa kebudayaan Romawi dan Yunani yang dewasa ini masih dipraktekkan oleh sebagian besar masyarakat indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Penggunaan istilah-istilah dalam astronomi dan astrologi seperti nama- nama planet yang diambil dari nama-nama dewa seperti Mercurius, Venus, Mars, Jupiter, Uranus, dan Saturnus. Selain itu, penggunaan kata-kata atlas, cancer, sirene, virgo, libra, helio, titan; istilah-istilah dalam dunia kedokteran seperti hygta, achiles, hymen, elektra, hipnos; istilah-istilah dalam bidang biologi seperti flora, fauna, cela, dan recipe; penggunaan lambang piala ular, min-plus, dan tapak kuda.

b. Budaya tukar cincin, ulang tahun perkawinan (Emas dan Perak).

c. Kebiasaan mengangkat dan membenturkan gelas pada upacara dan pesta- pesta.

d. Menaburkan bunga ke makam, mengalungkan karangan bunga, serta menaburkan bunga ke laut kalau ada yang meninggal di laut.

e. Perayaan tahun baru 1 Januari, yang pada masa Romawi merupakan hari penyembahan pada Dewa Janus.

f. Pesta olahraga Olimpiade.

g. Menggunakan hari Minggu untuk hari libur. Pada Romawi Purba, hari Minggu digunakan untuk memuja dewa matahari.

h. Sistem kenegaraan yang menggunakan sistem Demokrasi.

Share:

Peradaban Romawi Kuno

Peradaban Romawi Kuno


Peradaban Romawi Kuno awal mulanya muncul di kota Roma. Roma pada awalnya merupakan negara kota (polis) yang kecil. Kota Roma diapit oleh tujuh bukit, yaitu Platine (tempat dibangunnya bangunan-bangunan megah), Capitalone (pusat keramaian), Quirinalle, Aventine, Vinninal, Esqualine, dan Caeline. Kota Roma dibelah oleh Sungai Tiber.
 
Periodisasi sejarah Roma dapat dijelaskan sebagai berikut;


1. Periode kerajaan (756-510 SM)

Polis Roma menurut legenda didirikan oleh Romus dan Romulus yang berasal dari ibu Raisilpa. Namun, diperkirakan polis Roma dibangun oleh orang-orang Yunani. Pada masa kerajaan, Roma dipimpin seorang raja yang didampingi oleh senante (wakil-wakil dari para suku di sekitar Roma). Pada masa itu struktur masyarakat Roma terdiri dari dua, yaitu Patricia (warga Roma asli) dan Plebeyer (para pendatang yang kebanyakan hidup miskin). Raja Roma haruslah berasal dari warga Roma asli. Seorang raja Roma bernama Tarvininus diturunkan oleh senat karena merupakan orang Etruskia.

2. Periode republik (519-31 SM)

Pada masa republik, Roma dipegang oleh 2 orang konsul, yang dipilih oleh senat, tiap konsul itu memiliki tugas masing-masing. Konsul pertama bertugas dalam masalah hukum dan ekonomi, sedangkan konsul yang kedua memegang urusan pertahanan. Pada masa darurat, jumlah konsul hanya satu orang yaitu seorang diktaktum.


Pada masa republik inilah Roma mulai melakukan ekspansi ke Ephirus dan Etruskia. Peperangan yang paling dahsyat ialah perang antara Roma dengan Khartago (Tunisia sekarang). Khartago adalah polis yang dimiliki oleh orang Funisia. Roma dan Khartago berperang untuk memperebutkan hegemoni di Laut Tengah. Perang itu dimulai ketika Pulau Sisilia yang merupakan pulau yang menjadi sumber bahan makanan orang Roma dikuasai oleh Funisia. Perang Funisia terjadi sebanyak 3 kali, yaitu:


a. Perang Funisia I (246 SM-241 SM);
b. Perang Funisia II (218 SM-201 SM);
c. Perang Funisia III (149-146 SM).

Perang ini berakhir dengan dikuasainya pulau Sisilia, Pulau Sardinia, dan Corsica oleh orang Roma. Namun Semenajung Iberia berhasil dikuasai oleh orang Chartago, dan di sana mereka membangun kota Cartagena. Pada Perang Funisia II, Panglima Khartago, atau dikenal sebagai Hanibal hendak menyerang Roma lewat utara dan berhasil menguasai Saguntum yang merupakan pusat pertahanan Roma di utara. Dikuasainya Saguntum itu bersamaan dengan masih terjadinya perdebatan di kalangan Senat dalam menyikapi bagaimana cara menghadapi Hanibal. Pada waktu itu muncul istilah delibrate senate perit saguntum (senat terus berdebat sementara Saguntum berhasil dikuasai).
 
Masyarakat Roma pada masa republik terdiri atas beberapa kelas Pertama, kaum optimar (kaum yang sangat kaya karena mempunyai wewenang untuk menarik pajak dengan batas yang mereka tentukan). Kaum yang kedua adalah kaum proletar yang merupakan kaum miskin. Meskipun demikian, dua golongan itu memiliki wakil di senat yaitu Sula (Optimar) dan Marius (Proletar).

Kekacauan pertama terjadi di Roma ketika Marius dibunuh oleh Sula. Kekacauan itu berhasil diatasi dengan munculnya triumvirat yang pertama yaitu Crassus (menguasai Eropa Timur), Pompeyus (Roma dan Yunani), dan Julius Caesar (Eropa Barat). Crassus terbunuh pada waktu perang dengan Persia. Di Roma timbul persaingan antara Pompeyus dengan Julius Caesar, yang pada akhirnya Caesar tampil sebagai penguasa tunggal.

Kekacauan kedua timbul ketika Caesar dibunuh oleh anak angkatnya sendiri, yaitu Brutus dan Lavius. Kekacauan itu dapat diatasi dengan munculnya triumvirat yang kedua yaitu Crassus (Eropa Timur), Antonius (timur tengah dan Mesir), dan Octavianus (Italia). Crassus terbunuh, dan wilayahnya menjadi milik Octavianus. Terjadi peperangan antara Octavianus melawan Antonius dikarenakan Antonius membela Mesir untuk memerdekakan diri dari Romawi. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, yang terjadi di Actium tahun 31 SM, Antonius gugur. Dengan demikian, seluruh wilayah Mesir dan Timur Tengah menjadi milik Octavianus, sehingga Roma berubah menjadi sistem kekaisaran (31 SM sampai 395 M).

Share:

Peradaban Yunani Kuno

 Peradaban Yunani Kuno


Peradaban Yunani kuno lahir di lingkungan geografis yang sebenarnya tidak mendukung untuk lahirnya sebuah peradaban besar. Tanah Yunani tidak seperti Mesopotamia, Huang Ho, ataupun Mesir yang subur. Yunani merupakan tanah yang kering, dengan banyak benteng alam yang kuat berupa jurang-jurang yang terjal, gunung-gunung yang tinggi, serta pantai-pantai yang curam dan terjal. 

Hujan sangat jarang turun di Yunani. Namun karena terletak di daerah Laut Tengah, maka iklim mediterania yang sejuk sangat mendominasi wilayah Yunani. Masyarakat Yunani bisa menanam tanaman khas Laut Tengah seperti zaitun dan anggur.

Secara umum perkembangan Yunani dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu sebagai berikut.

1. Fase pembentukan negara-negara kota (Polis) yang berlangsung antara 1000-800 SM.
2. Fase ekspansi negara-negara kota atau fase kolonisasi polis-polis Yunani. Ekspansi polis-polis Yunani ke arah barat sampai ke Italia Selatan, sedangkan ke arah Timur sampai ke Asia Kecil (Troya)
3. Masa kejayaan polis-polis Yunani (600-400SM)
4. Masa Keruntuhan Yunani (400-300 SM), tetapi kebudayaan Yunani berkembang di luar daerah Yunani itu sendiri.

Menurut ahli anthropolog, bangsa Yunani berasal dari bangsa Indo-Jerman. Nenek moyang bangsa Yunani yaitu bangsa Ionia, Helen, Akea, dan Yonia. Bangsa Yunani terdiri atas beberapa suku, yaitu suku Epirot, Ionia, Goria, Spharta. Masyarakat Yunani umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang dan bertani.
 
Di bawah ini merupakan polis-polis yang hidup pada Zaman Yunani Kuno antara lain sebagai berikut.

1. Athena


Athena merupakan Polis yang menerapkan sistem Demokrasi. Sistem itu diperkenalkan oleh Solon (638 SM-559 SM). Dengan sistem itu, kekuasaan berada di tangan dewan rakyat. Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh sembilan orang Archon yang setiap tahun diganti. Para Archon diawasi oleh Aeropagus (Mahkamah Agung) yang para anggotanya berasal dari mantan anggota Archon. Athena banyak menghasilkan para filosof yang pemikirannya sangat berpengaruh pada kehidupan manusia hingga dewasa ini. Para Filosof itu antara lain sebagai berikut

a. Thales. Dia terkenal sebagai ahli matematika dan astronomi. Thales dikenal dengan perhitungannya tentang gerhana, menghitung ketinggian piramida dan menghitung bayangannya. Selain itu Thales berpendapat bahwa bumi ini berasal dari air.
b. Anaximander. Dia berpendapat bahwa segala apa yang ada di dunia ini berasal dari bahan tunggal yang bukan air. Selain itu, Anaximander berpendapat bahwa bumi itu seperti silinder yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada matahari.
c. Anaximenes. Dia berpendapat bahwa bahan pembentuk alam adalah udara.
d. Pythagoras. Dia terkenal sebagai ahli matematika, dia percaya bahwa segala sesuatu itu pada aturannya menurut bilangan tertentu. Sehubungan dengan hal itu, Pytagoras berpendapat bahwa melalui pengetahuan tentang bilangan, kita akan memahami tentang kenyataan.
e. Heraclitus. Dia adalah seorang filosof mengembangkan pemikiran tentang logika.
f. Parmenindes. Filosof ini mengemukakan pentingnya logika dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
g. Hippocartus. Dia adalah seorang filosof yang ahli dalam bidang kedokteran.
h. Socrates. Filosof ini mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa manusia dan lingkungannya merupakan subjek untuk mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran.
i. Plato. Filosof ini berpendapat bahwa orang bisa berperilaku baik jika  ia telah mempunyai persepsi perilaku apa yang disebut baik dan jahat.

Plato juga berpendapat bahwa sumber kekuasaan adalah pengetahuan

j.    Aristoteles. Filosof ini mengembangkan ajaran tentang politik dan etika. Menurut Aritoteles, pada dasarnya setiap manusia memiliki hak yang sama yang harus diakui. Kebahagian menurut Aristoteles adalah terpenuhinya semua kebutuhan kita. Di bidang logika, Aristoteles mengembangkan silogisme.

Lahirnya tradisi intelektual dari bangsa Yunani disebabkan oleh faktor- faktor berikut ini.

1. Faktor geografis dari Yunani bergunung-gunung dan tidak subur. Hal ini memacu para penduduknya untuk berpikir dan berkreasi agar mampu bertahan hidup.
2. Orang Yunani membangun hubungan dengan bangsa-bangsa lain seperti Mesir, Babylonia, dan yang lainnya, sehingga terjadi tukar-menukar pengetahuan
3. Penduduk Yunani memiliki hak otonomi kemerdekaan dan kemakmuran di bidang ekonomi, sehingga mereka lebih berkonsentrasi untuk menumbuh- kembangkan pengetahuan.
4. Bangsa Yunani menghargai logika dan cara berpikir yang rasional.
5. Bangsa Yunani selalu terlibat aktif dalam urusan politik, ekonomi, dan sosial. Hal itu membuat mereka selalu berusaha untuk mencari pemecahan dalam setiap masalah yang muncul.

2. Spartha


Pemerintahan Spartha didasari oleh pemerintahan yang bergaya militeristik. Pola ini diperkenalkan oleh Lycurgus tahun 625 SM. Pemerintahan dipegang oleh dua orang raja, sementara pelaksana tertinggi dipegang oleh suatu dewan yang bernama Ephor yang terdiri dari lima orang. Setiap Ephor memiliki dewan tua yang berusia lebih dari 60 tahun, yang bertugas untuk mempersiapkan UU yang diajukan kepada dewan rakyat (perwakilan dari semua warga kota). Para pemuda yang terseleksi secara fisik dan mental, dijadikan tentara.

Keberadaan polis-polis di Yunani mengakibatkan mereka saling bersaing dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan atas wilayah Yunani. Sehingga tidaklah mengherankan apabila di Yunani selalu terjadi peperangan di antara sesama polis-polis tersebut. Tetapi, datang tentara Persia yang akan menginvasi daerah Yunani, maka polis-polis yang ada di Yunani terutama Spharta dan Athena, bersatu untuk menghadapi Persia. Pertempuran antara Yunani dan Persia terjadi beberapa kali, diantaranya adalah;

a. Perang Persia Yunani I (492 SM). Peperangan antara Yunani dan Persia tidak terjadi karena armada tempur Persia dihancurkan oleh badai dan terpaksa harus pulang kembali.


b. Perang Persia Yunani II (490 SM). Pertempuran terjadi di Marathon, pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh bangsa Yunani. Para prajurit Yunani harus lari sepanjang 42 km antara Marathon dan Athena dalam rangka berkonsolidasi dan meminta bantuan.


c. Perang Yunani dan Persia III. Bangsa Persia datang kembali, dan pasukan Yunani menghadapinya di Termopile. Persia dapat dipukul mundur, namun Raja Spartha terbunuh dalam pertempuran itu.

Setelah peperangan antara Yunani dan Persia reda, maka muncullah politik koalisi militer yaitu Persatuan Peloponessos (Spartha dan beberapa polis lainnya) serta Persatuan Delosatika (Athena dan polis lainnya). Koalisi militer ini pada akhirnya saling berperang untuk memperebutkan hegemoni (Perang Peloponessos). Pertempuran demi pertempuran mengakibatkan polis-polis Yunani itu mengalami kelemahan, dan situasi itu dimanfaatkan oleh raja Macedonia yaitu Alexander Agung untuk menyerang. Akhirnya Alexander Agung berhasil menguasai Yunani. Namun, setelah Alexander wafat, wilayahnya terpecah- pecah menjadi beberapa didopos yaitu Yunani, Syria, dan Mesir.

Share:

Peradaban Lembah Sungai Kuning

Peradaban Lembah Sungai Kuning

Peradaban Lembah Sungai Kuning atau yang biasa juga disebut dengan peradaban Cina Kuno telah berkembang diperkirakan sejak 5000 SM. Peradaban Lembah Sungai Kuning ini termasuk ke dalam salah satu peradaban awal yang terbentuk di dunia. Di bawah ini akan dijelaskan sejarah singkat peradaban lembah Sungai Kuning.


1. Prasejarah Cina


Manusia tertua yang pernah ditemukan di Cina adalah Pithecantropus Pekinensis. Pithecantropus Pekinensis hidup sezaman dengan Pithecantropus Erectus, ditemukan di Gua Chou Kau Tien dengan artefak-artefak yang ada di bukit-bukit pasir.

2. Dinasti-Dinasti di Cina


Kronologi dinasti yang pernah berkuasa di Cina dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Xia (2000-1500 SM)


Dinasti ini masih merupakan dinasti mitos. Cerita tentang Dinasti Xia baru populer pada zaman Dinasti Chou. Hal ini merupakan sebuah upaya legitimasi Dinasti Chou untuk meneruskan Dinasti Shang, kemudian Dinasti Chou menciptakan mitos tentang Dinasti Xia dengan mengatakan bahwa Dinasti Xia adalah dinasti yang baik dan menjustifikasi bahwa Dinasti Shang adalah dinasti yang zalim serta menyebutkan bahwa keberadaan Dinasti Shang merupakan penyebab runtuhnya Dinasti Xia

b. Shang (1523-1028 SM)


Dinasti ini mempunyai pusat pemerintahan di Lembah Sungai Wei yang terletak di antara Sungai Huang Ho (utara) dan Sungai Yang Tse (selatan). Pada masa ini, masyarakatnya telah memiliki kehidupan bertani dengan pengolahan yang baik. Kepercayaan mereka dibangun kepada Dewa Kesuburan/ Dewa Bumi. Sistem pemerintahannya masih menggunakan sistem “Primus Inter Pares”, yaitu orang yang paling kaya, mempunyai tanah yang luas, dan mempunyai pasukan yang banyak, yang dapat memimpin. Dalam masyarakatnya juga tercipta sebuah sistem clan (kinship) yang amat kuat.

Masyarakatnya telah mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya keramik-keramik yang indah, gerabah-gerabah, keramik tripod (guci 3 kaki) dan black pottery (budaya periuk hitam tanpa ornamen). Pada masa ini juga dikenal dengan kebudayaan tulang (culture bones). Hal ini dibuktikan dengan penemuan pada tahun 1921 yang menemukan adanya tumpukan tulang binatang yang berfungsi untuk ramalan-ramalan cuaca. 

Penemuan ini menunjukkan bahwa masyarakat yang hidup pada zaman Dinasti Shang telah memiliki tingkat pertanian yang maju. Pada masa ini juga ditemukan gambar di dalam kulit kura-kura, yaitu gambar seorang penguasa yang  naik  kereta kuda. Hal  ini menunjukkan bahwa telah terjadi perpaduan budaya, yaitu budaya selatan (pertanian) dan kebudayaan padang rumput. Pada masa ini juga, tulisan-tulisan sudah bisa dibaca. Hal ini berarti bahwa pada masa dinasti ini, Cina mengakhiri masa prasejarah dan memasuki masa baru, yaitu zaman Neolit. Dinasti ini runtuh karena dikudeta oleh clan Chou.

c. Chou/Zhou (1028-256 SM)


Sesuatu yang menarik pada masa ini ialah adanya kepercayaan/pemujaan terhadap Dewa Langit (Astral). Dewa Langit dijadikan sebuah legalitas dalam memperoleh kekuasaan dan menyingkirkan dinasti terakhir, yaitu Dinasti Shang. Dengan konsep kekuasaan Mandat dari Langit, clan Chou mengklaim bahwa clan-nyalah yang ditunjuk oleh Dewa untuk memerintah, sehingga berhak untuk mengakhiri kekuasaan Dinasti Shang.

Zaman ini juga disebut sebagai Zaman Seratus Filsafat. Di antara filsafat-filsafat yang berkembang pada masa dinasti ini yaitu sebagai berikut.

1) Konfusianisme


Ajaran Konfusianisme lahir sebagai dampak dari kerusakan dan kehancuran berbagai sendi kehidupan di Cina sebagai akibat dari banyaknya konflik politik yang berujung pada peperangan. Ajaran konfusianisme mengajarkan hal-hal yang real dan praktis, yaitu bagaimana menjalankan berbagai peran, baik itu sebagai rakyat, penguasa, raja, ayah, anak, maupun ibu yang baik.
 

2) Taoisme


Menurut ajaran Tao, untuk mencapai kebahagian yang hakiki, maka manusia harus meninggalkan kehidupan dunia dengan menjauhi kehidupan kota dan pergi ke hutan untuk mencari arti dari hidup dengan merenung.

3) Legalisme


Legalisme adalah filsafat yang mengutamakan ditegakkannya hukum yang tegas dan keras agar tercipta kehidupan yang aman dan tentram. Filsafat ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia itu jahat dan akan baik jika ditegakkan hukum.

d. Chin (221-207 SM)


Dinasti Chin bersifat sentralistik dengan Kaisar Chin Shin Huang Ti. Pada zaman Dinasti Chin ini berkembang filsafat legalisme karena para penasihat kaisar merupakan penganut legalisme. Ajaran Konfusius dilarang, buku-bukunya dibakar dan para penganutnya dibunuh.

Strategi politik Dinasti Chin yaitu dengan mendirikan bangunan-bangunan yang dapat menghalau orang-orang Barbar sejauh mungkin. Bangunan itu berbentuk benteng-benteng yang dibangun di celah-celah bukit yang bisa dimasuki pasukan berkuda dan inilah embrio Tembok China (Great Wall) yang diperbaharui oleh dinasti-dinasti setelahnya.

 

e. Han (206-200 SM)


Pada masa Dinasti Han, ajaran Konfusionisme mencapai beberapa masa keemasan. Dinasti Han mempersyaratkan adanya ujian ajaran Konfusianisme ketika merekrut para pegawai kerajaan. Dengan demikian, rakyat berbondong- bondong belajar ajaran Konfusianisme. Mereka yang lulus dari ujian ini menjadi pegawai kerajaan dan disebut dengan kaum gentry. Kaisar terbesar pada Dinasti Han adalah Han Wu Ti (141-78 SM). Pada masanya, Cina dapat dipersatukan, dan beberapa daerah seperti Manchuria jatuh ke tangan bangsa Cina. Setelah Han Wu Tio meninggal, Dinasti Han mengalami kemunduran dan akhirnya jatuh pada tahun 221 M setelah datangnya serangan dari bangsa Tartar.


f. Enam dinasti (220-589 M)


Keenam dinasti yang memerintah Cina antara tahun 220 - 589 M secara berturut-turut yaitu:
 

1. Wei (220-265 M);
2. Tsin (265-420);
3. Liu Sung (420-477 M);
4. Chai (479-502 M);
5. Liang (502-556 M);
6. Ch’en (557-589).

Pada masa ini Cina berada dalam perang antarkerajaan-kerajaan atau perang saudara. Tidak ada satu kerajaan yang kuat dan berhasil mempersatukan Cina dalam satu kekuasaan Dinasti.
 

g. Sui (589-625 M)


Pada masa ini Cina dapat disatukan kembali. Namun, dinasti ini habis energinya untuk melakukan upaya konsolidasi ke dalam. Oleh karena itu, Sui tidak banyak melakukan ekspansi keluar.

h. Tang (625-906 M)


Pada masa Dinasti Tang, perdagangan internasional melalui jalur pantai selatan. Secara perlahan-lahan Dinasti Tang mampu menggulingkan Dinasti Sui kemudian mulai membangun infrastruktur ekonomi dan menjalin hubungan internasional yang baik. Pada masa Dinasti Tang, ajaran agama Buddha mulai masuk dan berkembang di Cina. Agama Buddha sangat berpengaruh secara signifikan di Cina. Hal itu disebabkan adanya kesamaan prinsip- prinsip Buddha dan ajaran Konfusionisme sehingga pada masa Dinasti Tang terjadi perpaduan dan sinkretisme agama antara Buddha, Konfusionisme, dan Taonisme. Ramainya perdagangan di laut menyebabkan Islam mulai masuk ke Cina.

i. Lima Dinasti (907-1280 M)


Pada masa ini sama seperti halnya dengan masa Enam Dinasti, yaitu tidak adanya satu dinasti yang mampu mempersatukan Cina dalam satu kekuasaan. Cina berada dalam perang antarkerajaan atau perang saudara.

j. Mongol/Yuan (1260-1368 M)


Dinasti Yuan adalah dinasti asing pertama yang berhasil menguasai Cina. Mereka adalah bangsa Mongol, atau orang Cina sering menyebut mereka yaitu bangsa Hun (Yungnu). Pada awalnya bangsa Mongol memiliki tingkat kebudayaan yang lebih rendah dibandingkan kebudayaan Cina. Setelah menguasai Cina, bangsa Mongol melakukan kekerasan untuk mengkonsolidasi dinasti-dinasti Cina yang masih merdeka. Setelah berkuasa secara penuh, bangsa Mongol mulai berasimilasi dengan budaya Cina.

k. Ming (1368-1644 M)


Ming adalah salah satu dinasti yang besar di antara beberapa dinasti yang pernah memerintah di Cina. Zaman Dinasti Ming memunculkan fenomena baru tentang zaman modern dalam sejarah dan peradaban Cina. Dengan karakteristik yang dimilikinya, Dinasti Ming telah berhasil merebut perhatian dunia, baik pada zamannya maupun pada masa kini. Membicarakan Ming, tentulah tidak bisa dilepaskan dari kebesaran nama para kaisar itu sendiri dan kebijakan-kebijakannya, maupun seorang penjelajah Muslim yang terkenal, yaitu Laksamana Cheng Ho.

Share:

Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris

Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris


Peradaban lembah Sungai Eufrat dan Tigris atau biasa juga disebut dengan peradaban Mesopotamia adalah salah satu peradaban tertua di dunia. Mesopotamia berasal dari kata mesos = tengah dan potamas = sungai. Mesopotamia artinya daerah yang terletak di antara dua sungai, yakni Euprat dan Tigris. Sumber air kedua sungai itu dari Pegunungan Armenia (Turki), mengalir ke arah tenggara menuju Teluk Persia.

Daerah-daerah yang terletak di sepanjang Sungai Eufrat dan Tigris, merupakan daerah yang subur. Karena bentuknya seperti bulan sabit, maka daerahnya disebut The Fertille Crescent Moon.

Penduduk Mesopotamia termasuk bangsa Semit. Kehidupannya bersifat seminomadik. Mereka hidup dari beternak dan berdagang. Namun setelah mendapat tanah-tanah yang subur, mereka mulai hidup dari pertanian. Kira- kira tahun 3000 SM, daerah Mesopotamia didiami oleh bangsa Semit.
 

1. Ilmu pengetahuan bidang arsitektur ziggurat, bangunan perkotaan


Bangsa Sumeria telah membangun kota dengan tata kota yang rapi dan tiap bangunan menggunakan model Zigurat. Selain itu, bangsa Sumeria sangat terampil dalam pengolahan logam untuk dibuat peralatan pembuatan senjata. Bangsa Sumeria telah mengenal ilmu hitung, lingkaran 360 derajat, dan bangunan dari tanah liat yang dikeringkan dengan panas matahari. Bangsa Assyria pada masa Ashru Bhanifal telah membuat perpustakaan tertua di dunia. Dibangunnya perpustakaan merupakan suatu ciri kepedulian seorang pemimpin akan pentingnya ilmu pengetahuan. Begitu juga Bangsa Khaldea pada masa kerajaan Babylonia Baru berhasil membangun taman Gantung yang merupakan salah satu keajaiban dunia.

2. Sumber tulisan


Huruf yang digunakan yaitu berupa Cuneiform writing/Pytograph 250 jenis (tulisan huruf paku).


3. Sistem kalender


Orang-orang Sumeria sudah mengenal sistem penanggalan dan pembagian waktu. Pengetahuan tentang waktu sangat mereka butuhkan untuk kepentingan perdagangan dan pertanian, sehingga mereka akan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menanam dan berdagang. Pembagian waktu yang telah mereka lakukan adalah membagi satu hari menjadi 24 jam, satu bulan terdiri atas 30 hari, dan satu tahun terdiri dari 12 bulan sama dengan 354 hari.
 

4. Perekonomian


Daerah ini juga merupakan lalu lintas perdagangan yang strategis antara Laut Tengah dan Sungai Shindu. Dengan demikian aktivitas perdagangan di Mesopotamia sangat ramai. Begitu pula sistem pertanian dijalankan dengan baik dan sudah terdapat irigasi yang teratur, hasil utamanya yaitu gandum dan kapas.

5. Pemerintahan


Pemerintahan di Mesopotamia berbentuk negara kota. Raja merangkap sebagai kepala negara. Kronologis bangsa-bangsa yang mendiami Mesopotamia sampai dengan tahun 323 SM yaitu sebagai berikut:
a. Bangsa Ubaidian    5000 – 4500 SM
b. Bangsa Sumeria I    3800 – 3200 SM
c. Bangsa Jamdet Nasr    3200 – 3000 SM
d. Bangsa Akkadia    2900 – 2250 SM
e. Bangsa Sumeria II    2250 – 2200 SM
f. Bangsa Guti    2200 – 2100 SM
g. Bangsa Amolia (Babilonia I)    1850 – 1600 SM
h. Bangsa Hittit    1600 – 1300 SM
i. Bangsa Asyria    1300 – 612  SM
j. Bangsa Khaldea (Babilonia II)    612   – 500  SM
k. Bangsa Persia    500   – 326  SM
l. Bangsa Yunani (Alexander the Great)    326 – 323 SM

6. Hukum


Pada masa ini diberlakukan undang-undang yang dikenal dengan sebutan Undang-Undang Hammurabi (Codex Hammurabi).

Peradaban Mesopotamia pada akhirnya beralih kepada Islam setelah jatuhnya Persia ke tangan kaum muslim Arab. Menurut Lothrop Stoddard, akan terbentuk dunia baru yaitu dunia Islam. Ada tiga faktor yang mendukung terciptanya dunia baru Islam, di antaranya sebagai berikut;


1. Situasi umum di kawasan Asia Barat Daya ada dua negara besar yang bertikai, yaitu Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) dan Kesultanan Persia (Dinasti Sasanid). Kedua negara besar tersebut memperebutkan wilayah Levannt dan Bulan Sabit. Karena pertikaian tersebut dua rakyat menjadi korban politik sehingga menyebabkan kerajaan masing-masing menjadi lemah.


2. Dekadensi (kemunduran) dalam masalah keagamaan. Banyak agama yang menyimpang dan muncul kembali pemujaan terhadap berhala.


3. Hakikat dari agama Islam itu sendiri.

Itulah sekilas penjelasan dari peradaban lembah Sungai Eufrat dan Tigris.

Share:

Peradaban Lembah Sungai Indus

Peradaban Lembah Sungai Indus


Jazirah India terletak di Asia Selatan di mana letak pertama kali salah satu peradaban awal muncul yaitu peradaban lembah sungai Indus. India juga disebut Anak Benua Asia karena letaknya seolah-olah terpisah dari daratan Asia. Di utara India terdapat Pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah lain di Asia. Di bagian Barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut Celah Khaibar. Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya yang terpenting yaitu sebagai berikut.

1. Bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
2. Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, dan Berahui.
3. Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.
4. Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.

Mempelajari bahasa Sanskerta merupakan salah satu upaya untuk mengetahui perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada masa lalu. Hal ini juga ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masyarakat Indonesia, di luar pengaruhnya pada politik, ekonomi, dan pemerintahan. William Jones berpendapat bahwa bahasa Sanskerta merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Parsi, Germania, dan Kelt.

Studi tertua tentang India adalah studi tentang India pada masa interglasial II, yaitu sekitar 400.000 SM hingga 200.000 SM. Hal ini berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis bebatuan pada lapisan tanah di kawasan India. Dari penelitian ini, terungkaplah sebuah fakta mengenai sejarah manusia yang mendiami kawasan itu setelah melihat artefak-artefak peninggalan purba di Lembah Indus. Para ahli lalu menyimpulkan bahwa di kawasan ini pernah berlangsung sebuah peradaban Lembah Sungai Indus, yang terkenal dengan nama peradaban Mohenjodaro-Harappa, yang berkembang pada 2300 SM. 

Melalui Celah Khaibar, bangsa India berhubungan dengan daerah- daerah lain di sebelah utaranya. Daerah Lembah Sungai Indus terletak di Barat Laut India. Sungai Indus berasal dari mata air di Tibet, mengalir melalui Pegunungan Himalaya. Setelah menyatu dengan beberapa aliran sungai yang lain, akhirnya bermuara ke Laut Arab. Panjang Sungai Indus kurang lebih 2900 kilometer. Apabila Anda memperhatikan Sungai Indus
 

pada peta dewasa ini, maka sungai tersebut mengaliri tiga wilayah yaitu Kashmir, India, dan Pakistan. Sisa peradaban Lembah Sungai Indus ditemukan peninggalannya di dua kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Penghuninya dikenal dengan suku bangsa Dravida dengan ciri-ciri tubuh pendek, hidung pesek, rambut keriting hitam, dan kulit berwarna hitam.

Penemuan arkeologis di Mohenjodaro-Harappa mulai terjadi ketika para pekerja sedang memasang rel kereta api dari Karachi ke Punjab pada pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu, ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatian Jenderal Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur Jendral Arkeologi di India. Sejak saat itu, maka dimulailah penggalian-penggalian secara lebih intensif di daerah Mohenjodaro- Harappa.
 

Keadaan sosial budaya peradaban lembah sungai indus


Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. 

Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang- lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap.

Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain.

Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. 

Hal ini memberikan petunjuk bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang. Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain.

Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.
 

Sistem kepercayaan peradaban lembah sungai indus


Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan.
 
Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula.

Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci pipala. 

Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk. Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
 

Sistem politik dan pemerintahan peradaban lembah sungai indus


Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.
 

 Faktor penyebab kemunduran peradaban lembah sungai indus


Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini.
 
Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. 

Bukti- bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.

5. Zaman Arya


a. Perkembangan agama Hindu dan Kerajaan Gupta


Pada tahun 1500 SM, bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah masuk ke wilayah India melalui Celah Khaibar. Kedatangan mereka mendesak bangsa Dravida. Bangsa Arya yang merupakan bangsa penggembala berkulit putih dan badan tinggi besar berperang beberapa lamanya dengan bangsa Dravida. Peperangan tersebut mengakibatkan bangsa Dravida pindah ke selatan, namun ada juga yang tetap bertahan dan melakukan interaksi dengan bangsa pendatang tersebut. Interaksi yang terus-menerus itu menimbulkan asimilasi kebudayaan, yaitu lahirnya kebudayaan Hindu yang merupakan percampuran kebudayaan Dravida dan Arya.

Pada perkembangannya, agama Hindu mengalami beberapa kali perubahan yaitu sebagai berikut.

1) Fase Weda


Pada masa ini masyarakat Hindu mendasarkan hidupnya agar sesuai dengan ajaran Weda. Kitab Weda terdiri 4 kitab yaitu: Regweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda. Regweda merupakan kitab yang berisi syair puji-pujian pada dewa. Samaweda berisi nyanyian-nyayian untuk upacara- upacara keagamaan. Yajurweda berisi doa-doa puisi dan prosa. 

Adapun Atharwaweda berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit, ilmu sihir, dan doa-doa untuk peperangan. Kitab-kitab tersebut merupakan pegangan bagi masyarakat Hindu. Namun, pada umumnya mereka hanya mempelajari tiga kitab saja, karena mereka menilai Atharwaweda memiliki kecenderungan kepada ilmu sihir. 

Tidak semua kalangan Hindu menolak Atharwaweda. Ada sebagian kalangan, terutama para Brahmana, yang mempelajarinya dengan tujuan untuk menangkal ilmu sihir. Pada fase Weda umat Hindu menyembah banyak dewa (politheisme), salah satu dewa terbesar adalah Dewa Indra, Ganesa.

2) Fase brahmana


Pada fase ini kaum Brahmana menjadi kelas tersendiri dalam masyarakat Hindu yang memiliki keistimewaan yaitu kedudukan yang tinggi. Memang, dalam sistem kasta, kaum Brahmana mendapat posisi tertinggi, yang disusul oleh kaum Ksatria yang terdiri atas raja dan para bangsawan serta prajurit. Kasta ketiga yaitu Waisya yang terdiri atas para pedagang, dan keempat adalah kasta Sudra. 

Kaum Brahmana mendapat tempat yang tertinggi dalam agama Hindu disebabkan kemampuan mereka dalam menerjemahkan dan memahami kitab Weda. Pada fase ini banyak sekali diadakan upacara- upacara yang wajib dihadiri dan dipimpin oleh kaum Brahmana. Dengan demikian, kedudukan Brahmana menjadi teramat penting.

3) Fase uphanisad


Pada fase ini terjadi pemberontakan terhadap kaum Brahmana, baik yang dilakukan oleh Ksatria (melahirkan agama Buddha dan Jaina) maupun yang dilakukan oleh masyarakat kebanyakan. Pada masa ini berkembang paham atheisme, masyarakat berbondong-bondong meninggalkan agama Hindu.

4) Fase Hindu Baru


Kaum Brahmana kembali berusaha memperbaiki ajaran Hindu yang mulai ditinggalkan pengikutnya, maka lahirlah Agama Hindu Baru. Pada masa ini muncul tiga dewa besar (Trimurti) yaitu Siwa (dewa perusak), Wisnu (dewa pemelihara), dan Brahma (dewa pencipta).

Ajaran Hindu berkeyakinan tentang adanya reinkarnasi, yaitu suatu pemahaman bahwa hidup ini akan terus berulang jika manusia tidak dapat melepaskan diri dari nafsu. Untuk lepas dari lingkaran Samsara tersebut, maka penganut Hindu harus menyesuaikan hidupnya sesuai Weda dengan melaksanakan dharma sesuai tuntunan kaum Brahmana.

Pada masa itu bangsa Arya mendirikan Kerajaan Gupta. Kerajaan ini diperintah oleh raja antara lain: Chandragupta, Samudra Gupta, dan Candragupta II.
 

b. Perkembangan agama Buddha


Tokoh pendiri agama Buddha adalah Gautama Sakyamuni. Nama ini mengandung arti orang bijak dari Sakya, ia diperkirakan lahir pada 563 SM. Ia adalah putra seorang kepala daerah yang bernama Suddhodana di Kapilavastu, perbatasan Nepal. Ketika umurnya sudah mencukupi, Gautama menikah dengan kemenakannya yang bernama Yasodhara. Selang beberapa waktu, Yasodhara melahirkan seorang anak yang bernama Rahula. Pada umur 29 tahun, Gautama memutuskan untuk meninggalkan keduniawian, meninggalkan istana dan mengembara dengan jubah kuning.

Sampai pada suatu waktu, ketika Gautama sedang duduk di bawah sebatang pohon pipala di Bodhi Gaya, ia menerima penerangan atau Bodhi. Di tempat itu kemudian dibangun candi yang bernama Mahabodhi.

Share:

Peradaban Lembah Sungai Nil

Peradaban Lembah Sungai Nil


Sejarah kebudayaan tertua di Benua Afrika dapat ditemukan di lembah sungai Nil. Peradaban Lembah Sungai Nil di Mesir, Afrika, lahir disebabkan kesuburan tanah di sekitar lembah sungai yang diakibatkan oleh banjir yang membawa lumpur. Hal inilah yang menarik dan mendorong perhatian manusia untuk membangun kehidupan dan peradaban. Sungai Nil terletak di negara Mesir sekarang.

Peradaban Lembah Sungai Nil disebut juga dengan sebutan peradaban Mesir Kuno. Kebesaran dan kejayaan peradaban ini masih dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang banyak terdapat di Mesir saat ini seperti Piramida, Sphinx, dan Obelisk. Mesir merupakan sebuah wilayah yang terletak di Afrika bagian Utara dan memiliki letak yang strategis karena berada di jalur pertemuan antara Asia, Eropa, dan Afrika. 

Sungai Nil yang mengalir di negara ini merupakan sungai terpanjang di dunia. Sungai ini mengalir dari Afrika tengah melewati Mesir dan bermuara di Laut Tengah. Sungai Nil bersumber dari mata air yang terletak di daratan tinggi Afrika Timur. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.

Ada empat negara yang dilewati Sungai Nil, yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia, dan Mesir. Herodotus menjuluki Mesir sebagai Hadiah dari Sungai Nil. Hal itu didasarkan dari fakta bahwa peradaban Mesir tumbuh dan berkembang karena kesuburan daerah-daerah di sekitar Sungai Nil. Setiap tahun, Sungai Nil selalu banjir yang membawa lumpur ke daratan Mesir. Banjir tersebut mengubah padang pasir yang gersang menjadi lembah-
 
lembah yang subur. Lebar Lembah Sungai Nil itu berkisar antara 15-50 km. Pentingnya Sungai Nil bagi perkembangan Peradaban Mesir Kuno dapat dilihat dari kota-kota besar dan kuno Mesir seperti Kairo, Iskandaria, Abusir, dan Rosetta yang terletak di delta-delta muara Sungai Nil. Delta- Delta yang luas itu terletak di muara Sungai Nil dan tanahnya sangat subur. Sungai Nil yang besar dan panjang bukan hanya digunakan untuk sumber pertaniaan, tetapi juga dipakai untuk lalu lintas perdagangan dari dan keluar Mesir, serta jalur penghubung antara Laut Tengah dan daerah pedalaman.

1. Sistem Pemerintahan  Peradaban Lembah Sungai Nil


Kerajaan-kerajaan yang berkembang di Mesir melewati beberapa tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut.


a. Zaman Kerajaan Mesir Tua (3400-2160)


Diperkirakan 5000 SM, berbagai perkampungan kecil didirikan di sekitar Sungai Nil. Berabad-abad kemudian perkampungan itu berubah menjadi sebuah kerajaan yang disebut mones. Pada perkembangan selanjutnya mones berkembang menjadi dua kerajaan besar yaitu Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Raja-raja yang memerintah di Mesir selalu dipanggil dengan sebutan Firaun atau Pharaoh. Firaun berarti “Rumah Besar”. Firaun merupakan pusat kehidupan sosial, politik, dan kepercayaan bangsa Mesir Kuno.

Dia memiliki kekuasaan yang luas untuk mengatur seluruh bidang kehidupan masyarakat. Rakyat Mesir mempercayai bahwa Firaun adalah Dewa Horus anak dewa Osiris. Kemampuan Firaun untuk memobilisasi massa yang banyak dapat dilihat dari kemegahan piramida di Mesir yang jumlahnya
 
sangat banyak. Pada masa Kerajaan Mesir Tua terdapat banyak raja yang memerintah di Mesir, antara lain sebagai berikut.

1) Menes


Menes merupakan pemimpin yang dapat mempersatukan Mesir Hulu dengan Mesir Hilir. Usahanya yang berhasil mempersatukan dua kerajaan itu menyebabkan dia mendapat julukan Nesutbiti (Raja bermahkota kembar). Kerajaan ini berpusat di Thinis.

2) Chufu, Chepren, dan Menkaure


Pada masa ketiga raja itu, muncul kebudayaan untuk mengawetkan mayat dengan cara dibalsem (Mumi). Upaya mengawetkan mayat itu didasarkan pada keyakinan bahwa orang akan hidup terus selama jasadnya masih utuh. Mumi tersebut dimakamkan di mastaba yang berupa makam yang berudak-undak yang disebut dengan piramida. Di hampir setiap piramida selalu terdapat patung berbentuk manusia berkepala singa yang disebut Sphinx.

3) Pepi I


Pada masa pemerintahan Pepi I, kerajaan Mesir memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Sudan (Nubia) dan Abessyiria.

4) Pepi II


Kekuataan Mesir melemah, sehingga Kerajaan Mesir yang beribu kota di Memphis mengalami disintegrasi dan berubah menjadi kerajaan yang kecil-kecil. Perpecahan di tubuh Kerajaan Mesir sebagian besar diakibatkan oleh perpecahan di antara kalangan bangsawan yang berdampak pada ketidakstabilan Mesir.

b. Zaman Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788 SM)


1) Sesotris III

 

Raja ini berhasil mempersatukan Mesir kembali dari perpecahan yang dialami pada masa Raja Pepi II. Selain berhasil mempersatukan Mesir, dia juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Mesir sampai ke Sudan, Palestina, dan ke daerah Sichem. Perekonomian rakyat Mesir semakin berkembang dan ramai disebabkan kemampuan raja itu untuk berhubungan dengan negara- negara sekitar Laut Tengah dan Laut Merah. Perdagangan yang ramai itu berdampak pada meningkatnya taraf kesejahteraan penduduk. Kestabilan di bidang ekonomi akan berdampak pada kestabilan di bidang politik, apalagi dengan berhasilnya Sesotris mempersatukan kerajaannya yang pecah.
 
Kita dapat memberikan kesimpulan bahwa firaun ini memiliki kekuatan politik dan tentara yang kuat sehingga mampu menstabilkan negara. Pada masa Sesotris III, raja-raja tidak dimakamkan di piramida, tetapi firaun- firaun dimakamkan di Gua Karang karena dirasakan tidak aman. Di dalam piramida, selain terdapat mayat-mayat para Firaun, juga disimpan kekayaan dari raja itu sebagai simbol kebesaran dan keagungan raja itu.

2) Amenemhet III


Pada masa Raja Amenemhet III, perekonomian Mesir mengalami kemajuan yang pesat terutama dalam bidang pertanian. Bangsa Mesir mengandalkan Sungai Nil selain sebagai sarana transportasi, perdagangan, juga digunakan dan dimanfaatkan untuk pertanian. Sungai Nil yang selalu meluap sekali dalam setahun dimanfaatkan oleh para petani untuk menyuburkan lahan pertaniannya. Banjir Sungai Nil selalu membasahi padang pasir berkilo- kilo panjangnya. Para petani dengan dibantu para pendeta, selalu mempersiapkan tempat untuk menampung banjir dari Sungai Nil tersebut, sehingga ketika banjir telah surut, maka petani menggunakannya untuk ditanami dengan tanaman. Kemajuan dan kesuburan Mesir ternyata mengundang petaka, karena pada tahun 1750 SM, bangsa Hykos menyerang Mesir. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Mesir mengalami kemunduran. Bangsa Hykos berkuasa di Mesir, dan menjadikan Kota Awiris sebagai ibu kotanya. Dari Awiris ini Bangsa Hykos melancarkan serangan lagi ke beberapa daerah di Mesir, Palestina dan Syria.

Bangsa Hykos adalah bangsa yang berasal dari Jazirah Arab, mereka adalah bangsa nonmaden yang terus berkelana untuk mencari daerah subur. Kedatangan bangsa Hykos ke Mesir menyebabkan terjadinya tukar-menukar kebudayaan. Hykos seperti bangsa-bangsa yang lain menyerap kebudayaan Mesir, sementara bangsa Mesir berhasil juga menyerap kebudayaan bangsa Hykos yaitu keterampilam untuk membuat alat-alat pertanian dan senjata yang terbuat dari perunggu. Peralatan tersebut menyebabkan Mesir pada zaman Mesir baru menjadi kerajaan yang semakin kuat dan pertanian mereka menjadi semakin maju dengan teknologi yang baru tersebut.

c. Zaman Kerajaan Mesir Baru (1500-1100 SM)


Kerajaan Mesir yang dikuasai oleh bangsa Hykos sejak 1750 SM, mencoba berkonsolidasi untuk mengusir bangsa Hykos. Bangsa Mesir di bawah Kerajaan Thebe menyerang bangsa Hykos di ibu kotanya yaitu Awiris, dan Hykos berhasil dikalahkan. Dengan demikian, sejak itu ibu kota Awiris dikuasai oleh raja-raja Thebe, dan mendirikan Kerajaan Mesir Baru. Raja-raja yang memerintah pada masa ini antara lain sebagai berikut.

1) Ahmosis I


Ahmosis adalah Firaun yang berasal dari kerajaan Thebe yang memimpin langsung serangan ke Kerajaan Hykos. Dia berhasil mengusir bangsa Hykos dan membangun peradaban baru bangsa Mesir di ibu kota Awiris.

2) Thutmosis I


Thutmosis I adalah firaun yang berhasil melakukan perluasan kekuasaan mesir ke daerah Asia Barat.

3) Thutmosis III (1500-1447 SM)


Pada masa kerajaan Mesir di bawah pimpinan Firaun Thutmosis II, maka sikap ekspansionis melekat pada raja itu. Mesir menyerang negara- negara Babylonia, Assyria, Cicilia, Cyprus, dan lain-lain.

4) Amenhotep II (1447-1430 SM)


Mempertahankan kerajaan Mesir yang memiliki wilayah yang luas.

5) Thutmosis IV


Berusaha mmpertahankan kekuasaan Mesir dengan melakukan beberapa tindakan politik yaitu:
 
a. menjalin persahabatan dengan raja Babilonia;
b. menjalin hubungan dengan Firaun Mitanni;
c. melakukan perkawinan politik antara Thutmosis IV dengan Putri Firaun Artatama.

6) Amenhotep IV


Pada masa pemerintahannya, terjadi revolusi di bidang kepercayaan dan keyakinan, karena Firaun yang satu ini menentang ajaran Politheisme untuk menyembah Amon, dan dia mengajarkan ajaran monotheisme. Kebijakan Firaun tersebut menyebabkan terjadinya pertentangan antara golongan pendeta dengan pihak kerajaan. Untuk menghindari konflik itu, maka ibu kota kerajaan dipindahkan dari Thebe ke Al-Amarna.

7) Tut-ankh-Amon


Pada masa pemerintahannya, golongan pendeta sangat berkuasa, dan kekuasaan Firaun pun dirongrong oleh para pendeta Amon di Thebe. Krisis kepemimpinan dan politik tersebut mengakibatkan Mesir mengalami kemunduran dan perpecahan kembali, Mesir terpecah menjadi kerjaan-kerajaan kecil yang saling berperang.

8) Ramses I


Pada masa pemerintahannya, Mesir melakukan ekspansi ke daerah Palestina, dan berhasil menguasai seluruh daerah Palestina serta mengalahkan bangsa Hittit di Asia Barat.

9) Ramses II


Pada masa pemerintahannya, bangsa Yahudi yang bermigrasi ke Mesir mendapat perlakuan yang kejam. Dia menindas dan memperlakukan bangsa Israil sebagai budak. Mereka dipaksa untuk membangun gedung-gedung serta piramida yang megah. Firaun ini mendirikan sebuah kuil yang diberi nama Ramsessum. Makam firaun ini terletak di Abu simbel.

10) Ramses III


Pada masa pemerintahannya Mesir mengalami kemunduran dan dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa Asing seperti Libia, Abbessyiria, dan Assyria. Masa Ramses II diperkirakan sezaman dengan kehidupan Nabi Musa. Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 SM dan pada tahun 525 SM Mesir menjadi bagian Imperium Persia. Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dan para penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu keturunan Dinasti Ptolemeus ialah Ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 SM Mesir menjadi wilayah Romawi.
 
Bangsa-bangsa yang pernah menyerbu ke daerah Mesir Kuno antara
lain;

a. bangsa Nubia (selatan Mesir);
b. bangsa Eropa, yang menguasai Mesir dari 1750 SM - 1580 SM;
c. bangsa Assyria, pada tahun 670 SM berhasil merebut kota Memphis dan Thebe;
d. bangsa Persia, yang merebut Mesir (525 SM - 404 SM);
e. Alexander Agung dari Macedonia, yang menguasai Mesir pada tahun 332 - 323 SM;
f. bangsa Romawi, yang menguasai Mesir dari mulai Ptolemeus sampai Cleopatra (44 - 30 SM).

2. Ilmu pengetahuan dan teknologi Peradaban Lembah Sungai Nil


Bangsa Mesir terkenal memiliki teknologi dan kebudayaan yang tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai bangunan raksasa yang terdapat di Mesir. Selain itu, bangsa Mesir terkenal dengan berbagai penemuannya sebagai berikut.

a. Kemampuan untuk membuat alat-alat rumah tangga, senjata, dan peralatan hidup lainnya dari tanah liat dan logam.


b. Sistem penanggalan kalender yang sudah berdasarkan perhitungan perputaran bumi mengitari matahari. Sistem kalender yang seperti itu membagi 1 tahun menjadi 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 30 hari.


Peredaran bulan selama 29 1 hari. Karena dianggap kurang tetap, kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari, dan lamanya setahun adalah 365 hari, yaitu 12  30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem solar).
 

c. Kemampuan membuat perhiasan dari logam mulia dan gading.


d. Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk, maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri atas gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan, dan benda-benda. Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
 

3. Seni bangunan  Peradaban Lembah Sungai Nil


a. Piramida
Piramida adalah tempat yang digunakan untuk makam raja-raja Mesir yang terbuat dari batu yang disusun secara rapi dan menggunakan model punden berundak-undak. Di Kota Gizeh terdapat piramida yang berukuran tinggi 137 meter.

b. Sphinx
Sphinx adalah patung manusia berkepala singa.

c. Obelisk
Obelisk adalah tiang batu yang ujungnya runcing sebagai lambang pemujaan kepada roh. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian

d. Kuil
Untuk pemujaan terhadap dewa Amon-Ra, dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.

4. Sistem kepercayaan  Peradaban Lembah Sungai Nil


Masyarakat Mesir Kuno menyembah beberapa dewa (politheisme) yaitu sebagai berikut.
a. Dewa matahari yang disebut Amon (Mesir Selatan) dan Ra (Mesir Utara). Namun pada perkembangannya dewa matahari itu disebut Amon-Ra.
b. Dewa peradilan di akhirat yaitu Dewa Osiris.
c. Dewa Sungai Nil, yaitu Dewi Horus yang merupakan dewa kecantikan (Dewi Isis).
d. Dewa Anubis, yaitu dewa kematian.
e. Dewa Aris sebagai dewa kesuburan.

Masyarakat Mesir Kuno sudah mempercayai tentang kehidupan sesudah mati. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya mumi. Di balik mumi terkandung kepercayaan bangsa Mesir Kuno tentang kehidupan setelah mati. Masyarakat Mesir Kuno berkeyakinan bahwa selama jasadnya masih utuh, maka dia akan tetap hidup. 

Oleh karena itu, masyarakat berusaha untuk mengawetkan mayat agar dia tetap hidup abadi. Alasan masyarakat membuat mumi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindar dari kehendak dewa maut. Tetapi tidak semua masyarakat Mesir mayatnya diawetkan, biasanya mereka yang yang diawetkan adalah para bangsawan dan raja.
 
Mayat-mayat yang diawetkan itu disimpan di dalam piramida. Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir didasarkan pada pemahaman sebagai berikut:


1. Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.


2. Dewa yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti Dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan. Dengan taat menyembah pada dewa, masyarakat Lembah Sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.

5. Masyarakat  Peradaban Lembah Sungai Nil

 

Masyarakat Mesir Kuno terdiri atas beberapa lapisan masyarakat. Lapisan pertama terdiri atas para bangsawan, raja, dan pendeta mempunyai hak-hak istimewa. Golongan kedua yaitu masyarakat kelas menengah yang umumnya terdiri atas pedagang kaya dan pemilik tanah, dan lapisan ketiga terdiri atas rakyat biasa, yaitu para petani dan buruh serta budak. Dengan demikian, sebutan Mesir merupakan berkah Sungai Nil tidak sepenuhnya dapat dinikmati oleh rakyat Mesir, karena rakyat kecil kekayaannya banyak habis untuk membayar pajak.


Lembah Sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air Sungai Nil dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan, dan waduk. Air sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk keperluan irigasi, dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir yaitu gandum, sekoi atau jamawut, dan jelai yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung.

Share:

Categories

Ordered List

  1. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  2. Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  3. Vestibulum auctor dapibus neque.

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Definition List

Definition list
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Lorem ipsum dolor sit amet
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

Pages